Selasa, 30 Juni 2020

Facebook Adakan Iklan Kampanye Untuk Cegah Berita Hoax

Sebagai bagian dari upaya untuk membantu penggunanya dalam mengidentifikasi berita palsu, jejaring media sosial Facebook akan menjalankan sebuah kampanye iklan yang bermitra dengan lembaga mandiri pemeriksa fakta Full Check.
Dilansir detiKINET dari CNET, mulai bulan depan pengguna Facebook di Inggris, Eropa, Turki, Afrika dan Timur Tengah akan melihat kampanye iklan di dalam feeds.

Dalam iklan tersebut akan mendorong mereka untuk berpikir kritis tentang informasi yang dilihat, juga mereka akan diminta mempertimbangkan dari mana informasi itu berasal, apakah ada yang hilang dari informasi tersebut serta bagaimana perasaan mereka.

"Konten emosional dapat lebih membujuk Anda untuk mempercayai berita palsu," kata Kepala Eksekutif Full Fact Will Moy.

"Selama dalam krisis kesehatan saat ini hidup dipertaruhkan. Dengan mengambil waktu sejenak sebelum membagikan sesuatu secara online, orang-orang dapat menghentikan penyebaran informasi yang berbahaya dan menyesatkan dan melindungi teman dan keluarga mereka." lanjutnya

Mencegah penyebaran informasi palsu menjadi tantangan bagi berbagai aplikasi media sosial dan mulai meningkat signifikan ketika merebaknya virus Corona yang membawa urgensi baru pada tantangan tersebut.

Bagi Facebook upaya melawan berita palsu telah melampaui siklus berbagi makanan rumahan ke dalam kelompok pribadi yang didedikasikan untuk menyebarkan teori konspirasi dan WhatsApp end-to-end yang berarti sulit untuk melacak apa yang telah dibagikan orang-orang.

Seperti Twitter dan Youtube, perusahaan telah menghapus petak konten yang melanggar kebijakan lalu juga memberikan label peringatan untuk mencegah orang yang mungkin berbagi informasi palsu.

Meningkatkan literasi media pengguna menggunakan iklan untuk mendorong mereka mempertanyakan apa yang sedang mereka baca adalah alternatif baru dalam sebuah workshop.

"Dengan begitu banyak cara untuk mengkonsumsi berita bisa jadi sulit untuk membuat pilihan berdasarkan informasi tentang apa yang harus dibaca, dipercaya, dan dibagikan," kata Steve Hatch, wakil presiden Facebook untuk Eropa Utara dalam sebuah pernyataan.

"Kampanye ini adalah tentang mengajukan tiga pertanyaan sederhana kepada orang-orang untuk membantu mereka menantang informasi yang mereka baca sehingga mereka dapat lebih mendapat informasi," tutupnya.

Tetap Kerja Saat Pandemi, Karyawan Amazon Diganjar Rp 7 Miliar!

 Amazon retail online terbesar dunia akan mengeluarkan uang sebanyak USD 500 juta atau sekitar Rp 7 miliar (Rp 1 = 14 ribuan) sebagai bonus ucapan terima kasih kepada para pegawainya yang terus bekerja selama pandemi virus COVID-19.
Langkah ini muncul setelah menghapus sistem upah pekerja Amazon yang telah dikurangi USD 2 per-jamnya lalu bulan Mei pekerja mendapatkan gaji dua kali lipat sebagai imbalan karena tetap bekerja selama pandemi.

"Tim operasi kami telah melakukan perjalanan yang luar biasa selama beberapa bulan terakhir dan kami ingin menunjukkan penghargaan kami dengan bonus Terima Kasih khusus dengan jumlah yang lebih dari USD 500 juta," ujar Wakil Presiden Senior Amazon Global Dave Clark yang dilansir detikINET dari CNN.

Jumlah bonus ini akan diberikan dalam jumlah bervariasi di mana karyawan penuh waktu di Whole Food serta driver untuk mitra layanan pengiriman akan mendapatkan USD 500 atau sekitar Rp 7 jutaan.

Lalu karyawan atau driver paruh waktu akan mendapatkan USD 250 atau sekitar Rp 3,5 jutaan. Untuk pimpinan garis depan di Amazon dan Whole Foods akan mendapatkan USD 1.000 atau sekitar Rp 14 jutaan.

Kemudian mitra layanan pengirim Amazon juga akan mendapatkan USD 3.000 atau sekitar Rp 42,9 jutaan. Untuk driver Amazon Flex yang telah bekerja lebih dari 10 jam akan mendapatkan uang USD 150 atau sekitar Rp 2,1 juta.

Selama pandemi virus Corona Amazon mengalami peningkatan permintaan, hal ini karena orang-orang harus berdiam diri di rumah dan demi memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga belanja pun dialihkan ke online.

Meski demikian Amazon juga diawasi ketat karena masih tetap mempekerjakan 400 ribu karyawannya selama pandemi ini.

Perusahaan juga telah dikritik karena tidak memberikan informasi yang cukup tentang dampak sebenarnya dari krisis kesehatan publik pada pekerjanya. Setidaknya ada 10 kematian di antara karyawan gudang yang telah dites positif terkena virus corona.
https://nonton08.com/spotlight/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar