Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Boyolali mengalami peningkatan. Data di Dinas Kesehatan Boyolali, terdapat 426 kasus laporan penyakit dugaan DBD, namun yang dinyatakan positif 28 kasus.
"Di bulan Januari (2020) 8 kasus, di bulan Februari sampai sekarang 20 kasus. Kalau laporan yang masuk ke kami ada 426 kasus," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Boyolali, Sherly Jeane Kilapong Senin (9/3/2020).
Dijelaskan dia, data sebanyak 426 kasus laporan dari rumah sakit-rumah sakit di Boyolali tentang pasien yang didiagnosa awal menderita DBD tersebut kemudian ke aplikasi e-DBD. Kemudian muncul yang positif DBD sebanyak 28 kasus.
"Laporan dari rumah sakit ini murni laporan dari mereka, masuk ke aplikasi sudah sesuai dengan petunjuk, bagaimana untuk mendiagnosa DBD, karena DBD menegakkan diagnosa itu harus berdasarkan gejala klinis dan laboratorium. Kalau tidak sesuai kemungkinan itu bukan DBD. Bisa saja virus yang lainnya atau penyakit yang lainnya yang gejala klinisnya hampir sama," terangnya.
Kasus DBD, menurut dia, paling banyak terjadi di Kecamatan Nogosari sebanyak 6 kasus. Kemudian Kecamatan Mojosongo juga 6 kasus, Kecamatan Simo 5 kasus, Kecamatan Gladagsari 3 kasus.
Diakui Sherly, kasus penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aigypti di Boyolali saat ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Di tahun 2019 lalu, terdapat 443 kasus, satu pasien meninggal dunia. Namun di tahun 2019 belum ada aplikasi e-DBD, sehingga masih berdasarkan laporan dari pihak rumah sakit.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk. Membersihkan tempat-tempat yang bisa digunakan nyamuk bertelur dan hidup.
"Kami sudah membuat surat edaran ke Puskesmas dan Camat untuk melakukan kegiatan PSN plus," tandasnya.
Sementara terpisah Direktur RSUD Pandan Arang Boyolali, Siti Nur Rokhmah Hidayati, mengungkapkan pasien DBD yang dirawat di rumah sakit Pandan Arang juga mengalami peningkatan saat ini. Terdapat 42 pasien DBD.
"Iya, untuk jumlah pasien DBD mengalami peningkatan," katanya.
3 Masalah Kesehatan Akibat Kurang Tidur
- Kurang tidur dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan. Peneliti menilai hal ini bisa berpotensi mengancam jiwa.
Banyak penelitian yang menemukan bahwa kekurangan tidur dapat mengganggu fungsi otak.
Founder Menlo Park Psychiatry & Sleep Medicine, Dr Alex Dimitriu dalam penelitiannya mengungkapkan, kurang tidur tidak hanya memengaruhi memori dan suasana hati, tetapi juga kaitan erat dengan masalah kesehatan serius.
Berikut ini beberapa risiko penyakit yang dialami seseorang yang kekurangan tidur, dikutip dari Healthline.
1. Dapat menyebabkan obesitas
Kurang tidur terkait dengan kadar hormon leptin yang melemah. Leptin adalah hormon yang bertugas mengendalikan nafsu makan serta rasa lapar. Leptin memberi sinyal pada otak untuk memberi tahu kamu ketika perut sudah merasa kenyang.
Sementara hormon ghrelin, hormon yang memicu rasa lapar justru mengalami peningkatan pada seseorang yang kurang tidur.
"Tidur yang buruk bisa menyebabkan ngidam makanan, bahkan setelah seseorang sudah cukup makan," ungkapnya.
2. Meningkatkan risiko diabetes
Penelitian menunjukkan seorang dalam kondisi sehat yang tidurnya berkurang hingga empat jam per malam memproses glukosa lebih lambat dibandingkan dengan orang yang tidur hingga 12 jam.
3. Penyakit tekanan darah tinggi atau jantung
Penelitian mendapati bahwa tidur kurang dari enam jam dapat menyebabkan atau memperburuk tekanan darah tinggi. Kondisi ini juga rentan mengalami penyakit stroke sehingga berpotensi mengancam kelangsungan hidup.
https://kamumovie28.com/cast/jorge-garcia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar