Kamis, 04 Juni 2020

Disebut Ampuh Obati Pasien Corona, Korsel Setujui Penggunaan Remdesivir

Pada Rabu (3/6/2020), Korea Selatan (Korsel) mengizinkan penggunaan darurat obat remdesivir untuk pengobatan pasien Corona.

Mengutip dari CNA, remdesivir yang digunakan adalah hasil produksi dari Gilead Sciences, yang sebelumnya telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai obat darurat untuk penanganan pasien Corona.

"Remdesivir membantu mengurangi jumlah virus Corona dalam tubuh pasien," kata Kementerian Keamanan Pangan Korsel.

"Ini bisa membuat kondisi pasien pulih lebih cepat," lanjutnya.

Di bawah pedoman yang dikeluarkan pemerintah Korsel, dokter dapat memberikan satu dosis remdesivir dalam sehari, dengan lima dosis untuk pasien dengan gejala sedang, dan sepuluh dosis untuk pasien dengan gejala berat.

Namun, tak semua pasien bisa diberikan remdesivir. Sebelum diberikan obat tersebut, pasien harus menjalani tes fungsi hati terlebih dahulu. Sebab, penggunaan remdesivir dapat memberikan efek samping berupa peningkatan kadar enzim dalam hati.

Repotnya Melahirkan di Tengah Pandemi Virus Corona

Ibu hamil disebut jadi salah satu kelompok yang rentan terinfeksi virus Corona. Meski para ahli masih mempelajari bagaimana COVID-19 rentan pada ibu hamil, mereka percaya perubahan sistem imun yang terjadi pada kehamilan dapat membuat ibu hamil mudah terserang virus Corona dan mengembangkan kondisi yang serius.
Usia kandungan Anggi (26) saat ini sudah memasuki 9 bulan. Persiapan lahiran pun dirasa sudah sangat matang namun kekhawatiran akan penularan Corona membuatnya harus lebih ekstra dalam memperhatikan kondisi kesehatannya demi keselamatan dirinya juga janin.

"Dari yang aku baca itu ibu hamil rentan kena virus Corona jadinya takut. Belum banyak juga kan penelitan ibu hamil yang kena Corona," kata Anggi saat berbicang dengan detikcom, Rabu (3/6/2020).

Melahirkan di tengah pandemi Corona juga tak mudah. Bagi Anggi, sekadar kontrol ke rumah sakit pun membuatnya sangat khawatir. Apalagi rumah sakit disebut salah satu tempat rentan tertular COVID-19.

"Makanya aku pilih RS khusus ibu dan anak jadi menurutku lebih aman karena nggak campur sama pasien umum. Kalau kontrol juga pilih hari yang nggak ramai, nggak weekend," terangnya.

Belum lagi saat lahiran nanti, ia tak bisa didampingi oleh suami. Beberapa rumah sakit memang membuat kebijakan bahwa tak boleh ada pendamping saat melakukan proses persalinan.

Soal biaya pun menjadi sedikit kendala baginya. Di tengah pandemi Corona, ibu hamil disarankan melakukan rapid test secara berkala. Tak hanya memikirkan soal biaya bersalin, Anggi juga harus membeli masker sekali pakai dan face shield tambahan untuk bayinya.

"Kemarin sih aku tes rapid. Kalau swab masih belum tau diharusin apa nggak soalnya swab mahal banget, Rp 3 juta dan itu sangat memberatkan sih. Terus biaya persalinan kalo normal Rp 12-18 juta kalo caesar Rp 20-30 juta," tuturnya.

Tak semua rumah sakit menganjurkan pemeriksaan swab sebelum bersalin. Hal ini juga dituturkan oleh Mutia (25), yang tak saat bercerita kepada detikcom akan masuk ke ruang bersalin sebentar lagi.

Mutia yang saat ini berdomisili di Kendari, Sulawesi Tenggara, menyebut meski tak dianjurkan untuk tes swab, ia tetap perlu rapid test karena sempat batuk ketika memeriksakan diri ke rumah sakit.

"Rumah sakit tempat saya periksa kandungan tidak mengharuskan pembelian APD dan tes swab. Tapi harus rapid test. Biayanya sekitar Rp 150 ribu," tutur Mutia.

Memang ada banyak pertimbangan saat melakukan proses bersalin di tengah pandemi Corona. Beberapa ibu hamil bahkan memilih untuk bersalin di rumah sendiri karena merasa lebih 'aman' sebab tak perlu berada di tempat umum.

Meski demikian, baik di rumah ataupun di rumah sakit, protokol pencehagan tetap harus dilakukan.
http://indomovie28.com/the-incest-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar