Minggu, 07 Juni 2020

Cegah Corona, Pakar Kesehatan Masyarakat Dukung Anies Soal CFD Ditiadakan

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menetapkan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day ditiadakan dalam dua minggu ke depan. Peniadaan car free day itu untuk mencegah penularan virus Corona.
"Kegiatan hari minggu hari bebas kendaraan bermotor atau car free day, untuk dua pekan ke depan demi menjaga dan melindungi warga Jakarta dari potensi penularan maka dua minggu ke depan Pemprov DKI meniadakan HBKB," kata Anies dalam konferensi pers di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr Ridwan Thaha, MKes, menilai hal tersebut efektif sebagai upaya pencegahan terkait kasus corona di Indonesia. Menurutnya, aktivitas yang melibatkan banyak orang memang perlu dibatasi.

"Saya kira itu cara pencegahan yang paling efektif. Semua keramaian harus dihentikan dulu untuk sementara karena risikonya lebih besar dan lebih mahal. Jadi jangan kita mempertimbangkan aspek-aspek yang akan berakibat penularan, jadi kalau ada kebijakan itu saya kira itu tepat kita dukung itu," jelasnya saat ditemui di Ruang Rapat Komisi IX, Gedung Nusantara 1 DPR/MPR RI Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak menganggap kebijakan tersebut sebagai tindakan berlebihan. Karena ini menyangkut dengan risiko penularan virus corona yang bisa berbahaya jika tak segera dilakukan langkah pencegahan.

"Karena untuk mencegah, karena kalau nanti selama dua minggu berikutnya itu trennya turun, tapi kalau tren naik itu tidak mungkin dua minggu, kalau di Italia kan itu sekolah sampai semua sekolah diliburkan 2 minggu," katanya kembali menegaskan.

"Karena kalau ada kasus yang lokal itu bisa berbahaya, jadi masyarakat tidak boleh berpikir kalau ini pembatasan, nggak. Jangan kita terlalu berpikir olahraga jadi nggak enak, terus kita membuka interaksi terus menerus kan ini bahaya juga, oleh karena itu perlu dibatasi sekarang," lanjutnya.

Satu Pasien Corona RI Meninggal, Ini Kaitannya dengan Riwayat Hipertensi

- Salah satu pasien positif virus corona COVID-19 di Indonesia meninggal dunia. Disebutkan, pasien warga negara asing (WNA) tersebut punya riwayat sejumlah penyakit termasuk hipertensi.
Statistik global menyebut, kematian pada pasien virus corona memang didominasi oleh pasien dengan riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah. Pasien dengan riwayat penyakit penyerta cenderung mengalami manivestasi lebih berat dari COVID-19.

"Bukan hanya Corona. Infeksi virus pada pasien dengan dasar penyakit jantung dapat mengubah kondisinya jadi tidak stabil," kata dr Vito A Damay, SpJP, dokter jantung dari RS Siloam Karawaci.

Infeksi virus, menurut dr Vito memicu reaksi akut dari masalah jantung dan pembuluh darah. Ketika tubuh berusaha melawan infeksi di paru-paru, jantung dan pembuluh darah ikut kepayahan menyuplai darah ke seluruh tubuh.

"Kemungkinan meninggalnya juga lebih tinggi. Tentu dengan catatan seberapa parah riwayat gangguan jantungnya. Usia yang lebih tua juga berpengaruh," tambah dr Vito.

Riwayat penyakit pasien 25 virus corona di Indonesia yang meninggal diungkap oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (11/3/2020).

"Pasien ini memang masuk di rumah sakit sudah dalam keadaan sakit berat karena memang ada faktor penyakit yang mendahuluinya, di antaranya adalah diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun yang sudah cukup lama diderita," katanya.
https://cinemamovie28.com/cast/anggika-bolsterli/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar