Kamis, 17 September 2020

Infeksi Corona Tak Selalu Disertai Gejala Awal Demam, Ini Kata Virolog

 Salah satu gejala COVID-19 yang paling sering dikeluhkan adalah demam. Tidak heran, jika sejak wabah Corona merebak, para petugas di beberapa tempat maupun fasilitas umum siap mengecek suhu tubuh seseorang sebagai antisipasi mendeteksi salah satu gejala umum COVID-19.
Namun, data baru menunjukkan sebagian pasien COVID-19 tidak mengalami gejala demam pada awal terpapar Corona. Hal ini diungkap pakar dari Australia.

Dikutip dari ABC news, virolog dari University of Sydney, Tim Newsome menduga, gejala demam tidak lagi umum ditemukan adalah pengetahuan baru terkait COVID-19. Namun, apakah ada hubungan dengan mutasi virus Corona, yang menyebabkan infeksi menjadi lebih ringan belum bisa dipastikan.

"Saya belum melihat bukti kuat bahwa virus bermutasi membuat infeksi menjadi lebih ringan, atau virus bahkan berbeda dari sebelumnya secara signifikan," kata Newsome.

Setidaknya hanya ada puluhan persen kasus Corona baru di Australia yang menunjukkan gejala demam. Sisanya lebih banyak mengeluh batuk, sakit tenggorokan, dan pilek.

Justru ketiga gejala COVID-19 tersebut saat ini menjadi gejala umum. "Batuk, sakit tenggorokan, dan pilek adalah gejala paling umum dari virus Corona yang kami lihat saat ini," beber seorang juru bicara Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Victoria, Australia.

"Sementara demam terjadi pada sekitar 20 persen pasien, orang tua juga cenderung lebih jarang mengalami demam," lanjutnya.

Pontang-panting Dokter Anestesi Layani Pasien COVID-19 di Ruang Isolasi

 Seorang dokter anestesi di salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 mengaku kewalahan menangani pasien selama pandemi virus Corona COVID-19 berlangsung. Pasalnya, jumlah kasus penyakit ini terus meningkat setiap harinya.
"Pada masa pandemi ini, berat banget buat spesialis kami yang hanya ada 2.400 orang di Indonesia dengan sebaran tak merata. Sekitar 600 orang bekerja di Jabodebek, seperempatnya. Apa kabar di luar daerah, bisa coba dilihat angka kematian karena COVID di luar wilayah dengan kebutuhan ICU," jelas dokter berinisial A tersebut, Rabu (16/9/2020).

Secara umum dokter anestesi bertugas membantu dokter bedah selama berlangsungnya proses operasi, dari memonitor, melakukan pembiusan, hingga memantau kondisi pasien setelah operasi. Namun, rupanya saat pandemi virus Corona banyak dokter anestesi yang juga menghadapi pasien Corona berjam-jam di ruangan isolasi.

"Apakah hanya dokter anestesi Indonesia yang menghadapi masalah ini? Nggak. Di dunia juga sama, bisa cek di berbagai negara, bagaimana pontang-panting dokter anestesi bekerja. Intubasi dan ventilator, pasang CVC, monitor invasif, cuci darah, dan sebagainya. Kami bisa berjam-jam di ruangan isolasi," ujar dokter A.

Dokter A bercerita, saat ini sudah banyak teman seprofesinya yang dinyatakan positif COVID-19 bahkan ada yang meninggal dunia. Maka dari itu, ia meminta kepada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dengan benar agar kasus COVID-19 tidak terus meningkat.

"Dengan sedikitnya jumlah dokter anestesi dan sebaran nggak merata, maka kalau kasus naik terus, siapa yang akan memberikan pelayanan," ucapnya kepada detikcom, Rabu (16/9/2020).

"Karena satu orang nakes harus menangani banyak pasien. Pasien tidak diperhatikan maksimal, yang kaya gini bisa berakibat angka kematian meningkat karena kurangnya pengawasan pasien," jelasnya.
https://kamumovie28.com/a-woman-a-gun-and-a-noodle-shop/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar