Selasa, 10 Maret 2020

Apa Batasan Menyalakan Ponsel di Pesawat?

 Citilink menjadi maskapai terbaru yang memberi layanan WiFi dalam penerbangan. Sebenarnya, sejauh apa batasan menyalakan ponsel di pesawat?

Hadirnya fasilitas WiFi gratis di atas pesawat maskapai Citilink hari Rabu ini (16/1/2019) menandai hadirnya konektivitas internet di atas ketinggian 35 ribu kaki di Indonesia. Traveler pun kini bisa menyalakan ponsel di atas pesawat dan melakukan aktivitas internet yang dulu diharamkan.

Lantas, sejauh apa orang boleh menyalakan ponsel di pesawat? Mengingat kalau sinyal dari ponsel bisa berdampak pada mesin navigasi pesawat dan menara ATC. Menjawab hal itu. detikTravel bertanya pada Presdir Mahata Aeroteknologi, Muhamad Fitriansyah yang bertanggung jawab akan pemasangan servis WiFi di pesawat armada Citilink dan Gatruda Indonesia.

"Pada saat tertentu, saat taxing dan take off dan landing nggak boleh. Boleh pada saat tanda sabuk pengamanan sudah dimatikan atau dengan instruksi lainnya dari awak pesawat," ujar Fitriansyah.

Dalam perbincangannya dengan detikTravel terdahulu, larangan menyalakan ponsel di pesawat dilakukan karena bisa menciptakan polusi suara dan lainnya. Terlebih, momen saat pesawat melakukan taxing dari parkiran, take off dan mendarat jadi momen paling krusial.

Lebih lanjut, Fitriansyah mengatakan kalau aturan tersebut telah dibuat oleh pihak penerbangan dunia demi kelancaran penerbangan di udara. Traveler boleh menyalakan ponsel ketika pesawat mencapai ketinggian tertentu, tapi tidak saat pesawat taxi, take off dan mendarat.

"Itu peraturan dari departemen perhubungan," ujar Fitriansyah.

Sedangkan terkait WiFi di atas pesawat ini, Fitriansyah juga menggandeng pihak Inmarsat Aviation dan Lufthansa Technik untuk urusan satelit dan nirkabel. Dari pesawat, sinyal akan ditembakkan ke satelit di mana satelit akan kembali ke darat dan ditembakkan kembali ke tujuan. Cepat dan aman. 

YLKI Minta Traveler Hati-hati Promo Terbang Murah dari Maskapai

SJ Travel Pass awalnya menguntungkan, sebelum akhirnya dirasa mengecewakan para member. YLKI pun punya saran buat traveler soal pembelian produk dengan harga miring.

Tahun lalu, Sriwijaya Air meluncurkan SJ Travel Pass, di mana traveler bisa leluasa terbang ke destinasi domestik manapun dalam waktu 1 tahun. Untuk mendapat SJ Travel Pass, biayanya Rp 12 juta per orang.

Tentunya penawaran ini begitu menarik buat traveler yang kerap bepergian ke berbagai kota. Hanya dengan Rp 12 juta bisa bepergian ke mana saja dan berapa kali pun tak masalah. Namun belakangan ketentuan SJ Travel Pass berubah-ubah dan para anggotanya mengaku kesulitan mendapat tiket.

Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) traveler harus benar-benar mempertimbangkan program semacam ini sebelum membelinya.

"Saya kira unsur kehati-hatian konsumen harus lebih tinggi. Bukan semata-mata murah, tapi apakah ini hal yang ada rasionalnya atau irasionalnya yang ditawarkan itu," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi kepada detikTravel di Kantor YLKI, Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019).

Sementara dari sisi operator juga sebaiknya tetap melayani konsumen sesuai apa yang dijanjikan saat menawarkan program baru. Ia kembali menyebutkan masalah SJ Travel Pass yang diprotes para member karena dianggap mengubah aturan, berbeda dari penawaran awal ketika kosumen membeli produk.

"Ini juga menjadi operator penerbangan saya kira tidak boleh bermain-main dengan cara ini. Karena yang saya tahu ini baru ditawarkan Sriwijaya saja. Ini kayak eksperimen yang dilakukan oleh Sriwijaya pada konsumennya," tuturnya.

Sebelumnya dalam kesempatan terpisah, Sriwijaya Air sudah mengeluarkan pernyataan resmi. VP Corporate Secretary & Legal Sriwijaya Air, Retri Maya mengatakan sedang ada perbaikan sistem dan pihaknya meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

"Adapun beberapa kendala yang dialami para anggota pemegang SJTP dalam beberapa waktu terakhir ini semata-mata terjadi karena adanya perbaikan sistem yang dilakukan secara continue guna meningkatkan pelayanan Sriwijaya Air kepada seluruh pelanggannya," ujar Retri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar