Sabtu, 21 Maret 2020

Jadi Relawan di Pulau Terindah dari Indonesia

Kegiatan relawan membuka kesempatan juga untuk traveling. Apalagi kalau jadi bertugas di tempat terindah Indonesia di Pulau Popoongan, Mamuju, Sulawesi Barat.

Hari itu adalah hari bertambahnya satu hari menyenangkan dalam hidup saya. Semuanya serba pertama, pertama bergabung menjadi tim relawan yang menjalankan misi kemanusiaan, pertama kali pula saya terombang-ambing di lautan lepas Indonesia selama 12 jam dari Pelabuhan Mamuju menuju Pulau Popoongan, Kecamatan Balabalakang, Mamuju dan mabuk lautpun tak terhindarkan.

Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman perdana saya menjadi relawan dengan 22 Pemuda Sulawesi Barat yang telah berhasil melaksanakan misi dari program Ekspedisi Nusantara Jaya selama 10 hari di Pulau Popoongan, Balabalakang, Mamuju, Sulawesi Barat. Ekspedisi Nusantara Jaya ( ENJ ) merupakan kegiatan program tahunan dari Kemenko Maritim untuk memperkenalkan kepada generasi muda tentang kemaritiman dan mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Awalnya  bingung harus menyiapkan kebutuhan apa untuk perjalanan ini. Untungnya saya menemukan artikel tentang tips travel jadi saya mudah menyiapkan segala kebutuhan perjalanan saya selain itu saya membaca tips lainnya khususnya tips membuat foto liburan menarik. Wisata Indonesia satu ini yaitu Pulau Popoongan merupakan pulau yang termasuk dalam Dusun Popoongan, Desa Bala-balakang, Kecamatan Bala-balakang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Pulau Popoongan membuktikan bahwa Sulawesi Barat memiliki surga yang tak kalah menariknya dengan tempat lain. Pulau Popoongan memiliki pantai berpasir putih yang menjadi salah satu keindahan pulau tersebut, ditambah lagi dengan puluhan penyu yang berenang bebas di daerah dangkal sekitar pulau, membuat pulau ini sangat cocok didatangi para wisatawan maupun peneliti yang menyukai penyu.

Jika kalian ingin merencanakan untuk berwisata di sana melalui rute Mamuju ke Pulau Balabalakang, hanya ada dua cara yaitu ikut kapal nelayan atau carter kapal karena belum ada angkutan khusus untuk sampai ke tempat wisata tersebut tersebut. Selama dalam perjalanan saya dan rombongan dimanjakan dengan keindahan alam yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Lumba-lumba yang melompat secara bergerombolan tepat di hadapan, ikan terbang yang menari-nari seakan-akan menyambut hangat kedatangan kami.

Tepat pukul 19.00 WITA kami tiba di tujuan dan bergegas menurunkan barang- barang dari kapal. Niatnya untuk menyegarkan badan dengan mandi, ternyata airnya begitu asin sepertinya sisa sabun masih menempel di tubuh jika menggunakan air itu. Ingin menelpon orang tua juga tidak bisa karena di sana tidak ada jaringan serta penggunaan listrik pun terbatas cuma bisa digunakan dari pukul 18.00-22.00 WITA, tetapi saya tetap bisa enjoy dengan situasi tersebut.

Misi kemanusiaanpun dimulai, tujuan utama kali ini adalah mengunjungi sekolah satu-satunya yang ada di pulau tersebut. SD Kecil Popoongan yang terletak di tengah-tengah area perkampungan, letaknya yang cukup strategis karena di sebelah barat terdapat lapangan bola volo dan sebelah utara terdapat lapangan sepak bola sedangkan di sebelah timurnya jejeran rumah-rumah warga sehingga mudah dijangkau. Meski bangunan sekolahnya menyedihkan, ruangan di bagi dua bahkan sampai papan tulis pun dibagi dua, atap bocor jika hujan kelas akan basah tetapi hal itu tidak mengurangi semangat untuk tetap belajar.

Cerita lucu sekaligus agak miris didengar adalah ketika salah satu tim dari divisi pendidikan bertanya kita berada di negara mana? Anak-anakpun sontak menjawab Negara Popoongan. Di sana anak-anak tidak mengenal negara Indonesia melainkan hanya mengenal pulaunya. Untuk itu kami hadir disana untuk memberikan materi wawasan berkebangsaan.

Selain di bidang pendidikan, ekosistem terumbu karang pada Pulau Popoongan menjadi perhatian kami, mengenai karang di sana sangat memprihatikan mulai dari bibir pantai sampai 100 m keluar, terdapat karang-karang mati yang diakibatkan bom, bius, jangkar kapal serta ulah manusia sendiri dengan kepentingan pribadi. Untuk itu dilakukan transplantasi terumbu karang merupakan salah satu teknik pelestarian (rehabilitasi) terumbu karang yang terdegradasi dengan teknik pencangkokan. Tujuan transplantasi pada dasarnya adalah untuk pelestarian ekosistem terumbu karang. Transplantasi terumbu karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, atau untuk membangun daerah terumbu karang yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar