Rabu, 18 Maret 2020

Membangunkan Hiu Tidur di Pulau Komodo

Kepulauan Komodo tak hanya memiliki panorama yang indah. Alam bawah lautnya juga punya taman laut indah dengan hiu besar yang siap menemani kita bertualang.

Di kedalaman 10 meter, arus mengayun cukup keras. Badan saya terombak-ambing seperti beras dalam tampah. Dari kedalam, saya melihat pak Condro tanpa wetsuit ia turun, aduhai pria tua itu turun dengan indahnya. BCD atau seperangkat alat selam belum terpasang sempurna, ia dijijing mirip tas kresek pulang dari pasar. Sambil turun ke ke dalam ia benahi perlengkapan selamnya.

Condro, dive master asal Purwokerto yang sudah menyelam di perairan Komodo lebih dari 20 tahun mengajak saya menyelam di titik yang sangat mendebarkan. Namanya saja sudah membuat jiper para penyelam, Current City alias Kota Arus.

"Kita bangunkan hiu tidur dan kita panggil ikan Giant Trevally," katanya ringan.

Iming iming melihat hiu memang menjadi impian setiap penyelam. Ini langka hanya di beberapa titik penyelaman di Indonesia yang menjanjikan bertemu dengan hiu . Current City memang pas untuk namanya. Dari atas kapal sudah terlihat arus kencang berputar membuat pusaran mirip air jus mangga di blender.

"Kalau kita masuk situ dalam 3 detik kita bisa terlempar sampai 30 m. Ingat selalu cek bar kalian, bila tinggal 50 bar kita sudahi penyelaman kita," Kata pak condro sambil mengepal tangan.

Meski arus cukup kencang, Current City adalah surga kotanya ikan. Airnya sangat jernih. Koralnya seperti taman Eropa di musim semi, penuh warna sangat eksotis. Ribuan ikan jinak menyambut Anda, penyu dengan mudah Anda temukan di sini. Mereka sering terlihat sendiri meengais makanan dari koral mati.

Memanggil ikan Giant Trevally adalah kegilaan orang tua berumur 55 tahun ini . Ia membuka suplai oksigen di mulutnya lalu bersiul mecicit pelan di dalam air. Ini gila tak berapa lama, tak tahu dari mana muncul, seekor ikan sangat besar, sebesar meja makan bergerak maju ke arah kami.

Ini dia almighty Giant Trevally. Anda mungkin mengenalnya sebagai ikan Kuwe. Tapi ini jauh lebih besar dan bukan di meja makan tapi di kedalaman 18 meter. Bentuk padat berwarna silver. Kalau jantung saya tak saya pegangi mungkin sudah copot ketakutan. Saya tidak pernah melihat ikan sebesar ini, apalagi ini hidup dan hanya berjarak 2 meter di depan saya. Pak Condro hanya mengasih sinyal, tenang dan menikmati suasana. Hampir 2 menit ikan itu berputar, menjauh dan kembali lagi lalu pergi menghilang.

Meski arus kuat, beberapa titik penyelaman malah hampir tak berarus. Di titik ini kita bisa menikmati ikan-ikan kecil berwarna warna yang naik turun di sela-sela karang. Bila saya ajak Anda ke sini, saya pastikan akan takjub akan keindahan bawah laut Pulau Komodo. Karang sehat warna-warni berderet indah seperti ditata rapi. Ikan berkumpul di sela karang sebagian berenang bebas.

Satu tanda yang membuat saya tambah dedegan saat Pak Condro mengangkat satu tangan membentuknya menyerupai sirip hiu. Ia taruh tangannya tepat di depan jidat. Saya tahu kode itu. Tapi dimanakah? Saya mencoba memicingkan mata melihat sekitar. Kaki saya dayung pelan namun tak saya temukan. Baru dijarak 5 meter saya melihat jelas 2 hiu besar sedang bobo siang.

Jelas, jelas sekali saya mendekat hingga jarak 2 meter, badannya coklat gelap dengan titik hitam di sirip belakangnya. Satu hiu sudah merasa tergangu, ia bergerak pelan lalu berenang tepat ke arah saya. Walau saya tahu jenis hiu ini tidak berbahaya tapi tetap saja, ini alam liar, alam dia. Lagi-lagi jantung saya mau copot. Syukurnya dia hanya lewat saja, lalu berenang begitu anggun di sela sela karang. Ukuranya besar sekitar 1,5 meter. Entah kenapa, mungkin mabuk nitrogen saya berani mengejar dia, namun raja lautan ini terlalu lincah. Ia berenang menukik ke dalam lautan.

Ini gila, hal paling gila yang pernah saya lakukan. Sekitar satu jam kami berkeliling. Oksigen yang saya bawa tinggal 50 bar tanda saya harus menyudahi kunjungan ke Kota Arus yang indah mendebarkan. Jika Anda petualang sejati anda wajib datang ke Current City nikmati arusnya. Temui hiu dan giant trevally dan temui orang tua nyentrik satu ini.

"Jadi kenapa harus disisain 50 bar, buat jaga-jaga aja kalau kita kena arus pas naik terbawa sampai beberapa meter, kita masih punya simpanan oksigen untuk bernafas di dalam air," kata Pak Condro menyudahi petualangan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar