Sabtu, 21 Maret 2020

Jadi Relawan di Pulau Terindah dari Indonesia (2)

Cerita lucu sekaligus agak miris didengar adalah ketika salah satu tim dari divisi pendidikan bertanya kita berada di negara mana? Anak-anakpun sontak menjawab Negara Popoongan. Di sana anak-anak tidak mengenal negara Indonesia melainkan hanya mengenal pulaunya. Untuk itu kami hadir disana untuk memberikan materi wawasan berkebangsaan.

Selain di bidang pendidikan, ekosistem terumbu karang pada Pulau Popoongan menjadi perhatian kami, mengenai karang di sana sangat memprihatikan mulai dari bibir pantai sampai 100 m keluar, terdapat karang-karang mati yang diakibatkan bom, bius, jangkar kapal serta ulah manusia sendiri dengan kepentingan pribadi. Untuk itu dilakukan transplantasi terumbu karang merupakan salah satu teknik pelestarian (rehabilitasi) terumbu karang yang terdegradasi dengan teknik pencangkokan. Tujuan transplantasi pada dasarnya adalah untuk pelestarian ekosistem terumbu karang. Transplantasi terumbu karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, atau untuk membangun daerah terumbu karang yang baru.

Menjadi relawan di pulau ini merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk saya, karena menjadi relawan itu adalah kerelaan, relawan adalah orang biasa tetapi memiliki hati yang luar biasa. Menjadi relawan bisa membuat pikiran menjadi terbuka, belajar memahami perbedaan, belajar untuk tulus menolong, berempati, belajar membentuk kepribadian lebih baik. Belajar, bahwa terkadang bahagia itu bukan hanya soal uang, tapi bagaimana rasanya bahagia membantu orang lain, melindungi binatang dari kepunahan, melindungi dan meremajakan karang-karang, menolong orang lain yang kesusahan, dan belajar berbagi ilmu bersama anak-anak pulau.

Semoga dengan adanya 23 pemuda Sulbar yang menjadi relawan di daerah sendiri dapat mengembalikan kejayaan di laut dan samudera. Sehingga 'Jalesveva Jayamahe' di laut kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu kembali terpatri di hati para pemuda Indonesia.

Pulau Popoongan membuktikan bahwa Sulawesi Barat memiliki surga yang tak kalah menariknya dengan tempat lain. Pulau Popoongan memiliki pantai berpasir putih yang menjadi salah satu keindahan pulau tersebut, ditambah lagi dengan puluhan penyu yang berenang bebas di daerah dangkal sekitar pulau, membuat pulau ini sangat cocok didatangi para wisatawan maupun peneliti yang menyukai penyu.

Jika kalian ingin merencanakan untuk berwisata di sana melalui rute Mamuju ke Pulau Balabalakang, hanya ada dua cara yaitu ikut kapal nelayan atau carter kapal karena belum ada angkutan khusus untuk sampai ke tempat wisata tersebut tersebut. Selama dalam perjalanan saya dan rombongan dimanjakan dengan keindahan alam yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Lumba-lumba yang melompat secara bergerombolan tepat di hadapan, ikan terbang yang menari-nari seakan-akan menyambut hangat kedatangan kami.

Tepat pukul 19.00 WITA kami tiba di tujuan dan bergegas menurunkan barang- barang dari kapal. Niatnya untuk menyegarkan badan dengan mandi, ternyata airnya begitu asin sepertinya sisa sabun masih menempel di tubuh jika menggunakan air itu. Ingin menelpon orang tua juga tidak bisa karena di sana tidak ada jaringan serta penggunaan listrik pun terbatas cuma bisa digunakan dari pukul 18.00-22.00 WITA, tetapi saya tetap bisa enjoy dengan situasi tersebut.

Misi kemanusiaanpun dimulai, tujuan utama kali ini adalah mengunjungi sekolah satu-satunya yang ada di pulau tersebut. SD Kecil Popoongan yang terletak di tengah-tengah area perkampungan, letaknya yang cukup strategis karena di sebelah barat terdapat lapangan bola volo dan sebelah utara terdapat lapangan sepak bola sedangkan di sebelah timurnya jejeran rumah-rumah warga sehingga mudah dijangkau. Meski bangunan sekolahnya menyedihkan, ruangan di bagi dua bahkan sampai papan tulis pun dibagi dua, atap bocor jika hujan kelas akan basah tetapi hal itu tidak mengurangi semangat untuk tetap belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar