Selasa, 10 Maret 2020

Kecewa, Saat Sandwich Idaman di Pesawat Tak Sesuai Kenyataan

Rasa kecewa dialami traveler yang terbang dari Bali ke Australia. Niat hati memesan sandwich yang terlihat lezat, tapi kenyataannya justru sebaliknya.

Memesan makanan di pesawat jadi salah satu solusi ketika lapar melanda. Tapi terkadang, foto makanan yang terpampang di dalam menu bisa menipu. Berkaca saja dari pengalaman Nick Mosley, seorang traveler asal Brighton, Inggris.

Dikumpukan detikTravel dari beragam sumbar, Rabu (16/1/2019), Nick mesti merasakan kecewa ketika sandwich yang dipesannya di penerbangan Jetstar Airways dari Bali ke Australia tidak seperti yang ada di foto menu.

Bayangan akan kelezatan 'Deli Sandwich Trio', berisi 3 lapis roti dengan tuna mayo, dan telur yang dipesan Nick langsung sirna begitu sandwich itu sampai di tangannya. Penampakan sandwich itu berbeda 180 derajat dari di foto menu.

Sandwich itu tampak begitu lembek, dan tidak menarik untuk dimakan. Begitu dibedah, roti sandwichnya pun hanya seperti diolesi margarin dan juga mayo seadanya. Bahkan tidak ada isian tunanya, sama sekali berbeda dari foto di menu yang begitu menggiurkan.

Sudah begitu, Nick membayar cukup mahal untuk sandwich ini. Untuk satu porsi 'Deli Sandwich Trio', Nick harus merogoh kocek AU$ 9 (sekitar Rp 91 ribuan). Tidak sebanding dengan penampakan dan rasanya.

Nick pun meluapkan kekesalannya lewat cuitan di Twitter. Jetstar pun merespon keluhan Nick dengan permintaan maaf. Mereka berjanji akan memperbaiki soal ini.

"Kami minta maaf soal sandwich Mr Mosley. Ini sungguh tidak biasa. Kami akan menyampaikan feedback ini ke pihak katering kami," ujar juru bicara Jetstar Airways.

Travel Pass Bermasalah, Sriwijaya Air Diadukan ke YLKI

 Traveler anggota Sriwijaya Travel Pass merasa kecewa dengan ketentuan baru dari Sriwijaya Air. Mereka pun melaporkan hal ini ke YLKI.

Sriwijaya Air Travel Pass atau SJ Travel Pass adalah program terbang sepuasnya selama setahun, yang dirilis tahun 2018. Traveler membayar Rp 12 juta per orang, untuk bisa menikmati layanan terbang ke mana saja dalam kurun waktu satu tahun.

Awalnya para member merasa nyaman dan traveling lebih mudah dengan travel pass ini. Namun sejak Oktober 2018, masalah mulai muncul seiring dengan adanya peraturan baru dari pihak maskapai.

Beberapa hal yang membuat member keberatan adalah sulit untuk booking tiket, serta soal tiket tipe A. Tiket tipe A sendiri bisa dibilang tiket stand by. Jadi meskipun sudah memegang tiket, belum tentu member bisa terbang di waktu yang tertera karena tergantung dari ketersediaan seat.

Terkait masalah ini, anggota SJ Travel Pass pun melapor ke kantor Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) di Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019). Dalam pertemuan kali ini sejumlah member bertemu dengan Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, untuk menyampaikan aduan soal SJ Travel Pass, dan harapannya YLKI bisa membantu menyampaikan keluhan dan hak mereka bisa kembali seperti ketentuan awal dengan Sriwijaya Air.

"Kami kembali ke tuntutan kami (untuk pihak Sriwijaya Air), yang jelas adalah kembalikan hak kami sebagai member seperti di awal," ujar Maya Sayekti, salah satu member SJ Travel Pass.

"Dengan adanya pertemuan hari ini di YLKI kita harap bisa membantu membukakan pikiran dan hati nurani pihak Sriwijaya untuk menanggapi dengan serius keluhan kami," tambahnya.

Menanggapi hal ini, Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan bahwa SJ Travel Pass termasuk produk yang berisiko menimbulkan masalah bagi konsumen.

"Menurut saya dari sisi bisnis memang ini risiko tinggi. Artinya apa yang ditawarkan oleh Sriwijaya ini sesuatu yang sangat berisiko bagi konsumen, tetapi Sriwijaya sengaja menjual tanpa informasi yang lebih clear pada konsumen," kata Tulus.

"Konsumen tidak salah tapi dari sisi yang kita lihat resikonya tinggi," imbuhnya.

Terlebih ada peraturan di mana Sriwijaya Air dapat mengubah ketentuan sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.

"Kemudian ditandaskan lewat klausul perjanjian yang memang tidak adil, karena di situ mengatakan peraturan bisa berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dahulu. Nah itu menjadi kunci bagi mereka untuk mengubah seenaknya tanpa ada pemberitahuan dan itulah yang kemudian merugikan konsumen," jelasnya.

YLKI nantinya akan mendalami aduan ini dan melakukan tindakan sesuai prosedur.

"Kita akan follow up dan sampaikan juga ke manajemen (Sriwijaya Air), juga regulator untuk turun tangan, karena ini kasusnya pasti masif. YLKI akan bantu sekuat tenaga," ucap Tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar