Selasa, 31 Maret 2020

Saat 'Lockdown' Cegah Corona di India Berubah Jadi Tragedi Kemanusiaan (2)

Kali ini, ratusan ribu pekerja migran berusaha pulang ke kampung halaman mereka sendiri. Berjuang melawan rasa lapar dan lelah, mereka saling terikat oleh motivasi kolektif untuk pulang kembali. Rumah di desa menjamin makanan dan kenyamanan keluarga, kata mereka.

Jelas, penutupan wilayah untuk mencegah pandemi berubah menjadi krisis kemanusiaan.

Di antara para pengungsi itu adalah seorang wanita berusia 90 tahun, yang keluarganya menjual mainan murah di lampu lalu lintas di pinggiran kota di luar Delhi.

Kajodi berjalan dengan keluarganya menuju daerah asal mereka di Rajasthan yang terletak 100 km dari tempat dimana mereka berada.

Mereka makan biskuit dan merokok linting, atau bidi, untuk mengurangi rasa lapar. Ia telah berjalan selama tiga jam dan sedang bersandar pada tongkat ketika jurnalis Salik Ahmed menemuinya. Ia tidak membiarkan perjalanan yang memalukan itu mengurangi harga dirinya.

"Dia bilang dia tadinya ingin membeli tiket pulang jika transportasi tersedia," tutur Ahmed kepada saya.

Di antara mereka yang berjalan juga termasuk seorang bocah lelaki berusia lima tahun yang sedang menempuh perjalanan sejauh 700 km dengan ayahnya, yang merupakan seorang pekerja bangunan dari Delhi. Mereka berjalan kaki menuju rumah mereka di negara bagian Madhya Pradesh di India tengah.

"Ketika matahari terbenam, kami akan berhenti dan tidur," ujar sang ayah kepada jurnalis Barkha Dutt.

Sementara, seorang wanita berjalan bersama suaminya dan anak berusia dua-setengah tahun. Tas wanita itu penuh dengan makanan, pakaian dan air. "Kami punya tempat tinggal tetapi tidak punya uang untuk membeli makanan," katanya.

Lalu, ada juga Rajneesh, seorang pekerja mobil berusia 26 tahun yang berjalan 250 km ke desanya di Uttar Pradesh. Dia memperkirakan akan butuh empat hari. "Kita akan mati dalam perjalanan sebelum virus Corona menyerang kita," kata pria itu kepada Dutt.

Dia tidak melebih-lebihkan. Pekan lalu, seorang pria berusia 39 tahun mengeluh sakit dada dan kelelahan dan meninggal dalam perjalanan melintasi 300 km dari Delhi ke Madhya Pradesh; dan seorang pria berusia 62 tahun, kembali dari rumah sakit dengan berjalan kaki di Gujarat, pingsan di luar rumahnya dan meninggal.

Empat migran lain ditolak di perbatasan menuju Rajasthan dari Gujarat. Mereka ditabrak oleh sebuah truk di jalan raya saat gelap.

Saat krisis memburuk, pemerintah tingkat daerah bergegas untuk mengatur transportasi, tempat tinggal dan makanan.

Kajodi Devi

Namun, upaya memindahkan mereka ke desa masing-masing seketika berubah menjadi bagaikan sebuah mimpi buruk. Ratusan ribu pekerja berdesakan di terminal bus utama di Delhi saat bus satu per satu datang untuk menjemput mereka.

Ketua Menteri Delhi, Arvind Kejriwa, memohon kepada para pekerja untuk tidak meninggalkan ibu kota. Dia meminta mereka untuk "menetap di mana pun Anda berada, karena dalam kerumunan, Anda juga berisiko terinfeksi virus Corona."

Ia mengatakan pemerintah akan membayar biaya tempat tinggal mereka, dan juga mengumumkan pembukaan 568 pusat-pusat pembagian makanan di ibu kota.

Perdana Menteri Narendra Modi tengah minta maaf atas penutupan "yang telah menciptakan kesulitan dalam hidup Anda, terutama bagi orang-orang miskin", dan menambahkan "langkah-langkah tegas diperlukan untuk memenangkan pertempuran ini."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar