Minggu, 03 Januari 2021

Fakta-fakta Parosmia, Gejala Terbaru COVID-19 yang Bukan Anosmia

 Gejala COVID-19 yang umum dan dapat dikenali salah satunya adalah anosmia atau kehilangan kemampuan mencium bau dan merasakan rasa. Belakangan, muncul gejala baru COVID-19 yang disebut parosmia yaitu kondisi yang membuat pasien susah mengidentifikasi bau.

Pengidap parosmia dapat mendeteksi bau yang salah bagi mereka. Misalnya, bau roti yang baru dipanggang mungkin berbau menyengat dan busuk, bukan bau manis. Banyak orang mengalami parosmia karena berbagai hal yang berbeda, termasuk COVID-19.


Ahli bedah telinga, hidung dan tenggorokan (THT) dari ENK UK, Profesor Nirmal Kumar menjelaskan parosmia adalah gejala aneh dan unik pada pasien COVID-19. Pasien yang terinfeksi virus Corona biasanya menghirup aroma belerang dan benda terbakar lainnya sehingga mengganggu penciuman.


"Virus ini memiliki keterkaitan dengan saraf di kepala dan khususnya, saraf yang mengontrol indra penciuman. Mungkin memengaruhi saraf lain juga, seperti neurotransmiter yang mengirim pesan ke otak," ujar Profesor Kumar.


Apa saja yang perlu diketahui tentang parosmia?


Dikutip dari Healthline, berikut fakta-fakta parosmia.


1. Gejala parosmia

Dalam kasus yang parah, parosmia dapat menyebabkan pengidapnya merasa sakit secara fisik saat mendeteksi bau yang kuat dan tidak sedap. Gejala utamanya adalah merasakan bau busuk yang terus-menerus, terutama saat makanan akibat kerusakan neuron penciuman.

https://movieon28.com/movies/men-in-hope/


2. Penyebab parosmia

Parosmia biasanya terjadi setelah neuron pendeteksi bau di hidung rusak karena terinfeksi virus maupun kondisi kesehatan lainnya. Kerusakan neuron ini mengubah penafsiran bau yang diterima bulbus olfaktorius di mana fungsinya adalah untuk penciuman, sensitivitas deteksi bau, atau menyaring bau.


Selain karena virus, parosmia juga disebabkan beberapa hal di antaranya cedera kepala, paparan asap rokok dan bahan kimia, efek samping pengobatan kanker, dan tumor.


3. Diagnosis parosmia

Parosmia dapat didiagnosis oleh ahli THT, yang mungkin memberikan zat berbeda lalu meminta pasien menjelaskan aromanya dan menentukan peringkat kualitasnya. Beberapa hal juga akan diperiksa dokter termasuk riwayat kanker dan kondisi neurologis keluarga, infeksi yang baru dirasakan, gaya hidup, dan konsumsi obat-obatan.


Pengujian lebih lanjut melalui rontgen sinus, biopsi daerah sinus, atau MRI juga mungkin dilakukan.


Pengobatan dan pemulihan parosmia bisa disimak di halaman berikutnya.


4. Pengobatan parosmia

Pada beberapa kasus parosmia dapat diobati, namun tidak semuanya. Jika parosmia disebabkan oleh faktor lingkungan, pengobatan kanker, atau merokok, kemampuan mencium dapat kembali normal setelah pemicunya dihilangkan.

Terkadang pembedahan diperlukan guna mengatasi parosmia. Perawatan untuk parosmia meliputi penjepit hidung untuk mencegah bau masuk ke hidung, konsumsi zinc, vitamin A, dan antibiotik.


Beberapa orang dengan parosmia menemukan gejalanya mereda dengan melatih penciuman melalui berbagai aroma setiap pagi. Meski begitu, pemeriksaan dokter dianjurkan guna mengobati kondisi ini.


5. Pemulihan parosmia

Kondisi parosmia biasanya tidak permanen. Neuron dapat membaik seiring berjalannya waktu. Waktu pemulihannya pun berbeda sesuai dengan penyebab, gejala, dan pengobatan yang dijalani.


Jika parosmia disebabkan oleh virus atau infeksi, indra penciuman dapat kembali normal tanpa pengobatan. Namun pemulihannya membutuhkan waktu antara dua hingga tiga tahun.


Penelitian pada 2009 menunjukkan bahwa 25 persen orang yang melatih penciuman selama 12 minggu dapat mengurangi gejala parosmia mereka. Tetapi perlu ada lebih banyak penelitian mendalam untuk memahami apakah jenis perawatan tersebut efektif.

https://movieon28.com/movies/four-flies-on-grey-velvet/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar