Senin, 09 Maret 2020

Ini Aneka Sudut-sudut Instagramable di Singapura

Siapa coba yang tidak kenal dengan negeri Singapura? Dekat dengan Indonesia, negara modern ini punya banyak sudut Instagramable.
Siapa coba yang tidak kenal dengan negeri Singapura? Negara tetangga dengan kemajuan tata kota yang luar biasa!

Jarak dan harga pesawatnya yang masih terjangkau, membuat negara ini begitu favorit dikunjungi wisatawan Indonesia. Hanya dengan paspor, tanpa perlu visa, tentu saja hal ini harus dimanfaatkan dengan baik dong untuk berlibur ke sana.

Saat di Singapura, kamu bisa memulai perjalananmu dengan mengunjungi patung singa yang sangat ikonik di Merlion Park. Di sisi sebelah, terdapat juga Marina Bay Sands yang menampilkan bangunan seperti kapal di atas gedung bertingkat. Menarik ya!

Nggak cuma itu saja, masih banyak destinasi lain menarik di Singapura yang wajib ada di bucket list kamu! Ada Little India dan Mustofa Center dengan budaya India, Chinatown dengan budaya Tionghoa, dan Arab Street dengan budaya timur tengah-nya.

Nah bagi kamu yang anaknya instgrammable banget, abadikan momen liburanmu di Haji Lane dan Bugis Street yang bakal bikin feed instagram makin keren!

Saat hari sudah gelap, segeralah pergi ke Gardens By The Bay. Setiap malamnya akan ada dua sesi pertunjukan aneka lampu yang berkelap-kelip sambil diiringi musik-musik yang menyenangkan.

Jadi, kapan kamu ke Singapura?

Taj Mahal, Mumbai dan Surganya Bollywood

Bagi traveler pecinta India dan film Bollywood tentunya wajib liburan ke Agra dan Mumbai. Lihatlah pesona Taj Mahal hingga kota yang jadi asal film Bollywood.
Saya percaya bahwa mendewasa dalam pikiran dan perbuatan dapat diraih dengan seberapa sering seseorang menambah pengalaman, pengetahuan, dan pertemanan. Saya juga percaya bahwa salah satu cara untuk mendapatkan paket lengkap tersebut ialah melalui travelling.

Mengunjungi tempat baru, bertemu orang baru, belajar budaya baru, dan mencicipi kuliner baru merupakan hal yang sangat menyenangkan. Namun, dengan segenap keterbatasan finansial yang sebagian besar masih bergantung kepada orang tua, rasanya travelling sesuai keinginan merupakan prioritas kesekian bagi seorang pencari ilmu seperti saya.

Setelah beberapa waktu, akhirnya saya sadari bahwa hasrat travelling dapat saya wujudkan sembari mengikuti kegiatan pengembangan diri yang dibiayai penuh, sehingga urusan pembiayaan tak lagi menjadi kekhawatiran terbesar. Awal tahun ini, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti suatu event di India. Rasa excited pun sempat bergejolak dalam dada menjelang keberangkatan. Rasa penasaran memenuhi ruang pikiran untuk memijak salah satu destinasi terbaik pesona Asia, surga Bollywood.

Perjalanan dari Jakarta menuju Mumbai menghabiskan waktu 10 jam setelah sempat transit di Bangkok sekitar 2 jam. Perjalanan yang terbilang cukup melelahkan namun terbayar tuntas dengan aroma mawar dan cokelat yang saya dapatkan saat merebah di kamar hotel di wilayah Cuffe Parade.

Mengitari Mumbai serasa berwisata di negara lain namun dengan suasana Hindu yang kental. Paket komplit pokoknya. Bangunan ciri khas Eropa berdiri kokoh dan menjulang. Wajar saja, India memang koloni Inggris pada masa lampau. Sementara di sisi lain, kepadatan lalu lintas Mumbai yang diwakilkan oleh taksi hitam-kuning dan bus tua, persis seperti yang digambarkan pada film-film Bollywood, menjadi satu kesyukuran bagi saya yang hidup di Indonesia.

Saya menghabiskan waktu di Mumbai selama 3 hari, berkunjung ke Film City dan beberapa tempat lainnya. Perlahan lidah saya mulai berkompromi dengan rempah-rempah khas India tiap kali waktu makan tiba. Saya melanjutkan perjalanan menuju Pune dan tinggal di sana selama 2 hari.

Dari Pune, saya bertolak menuju New Delhi. Suhu udara berubah drastis. Saat itu musim dingin sedang berada di penghujung waktu. Namun, menurut kawan yang saya temui di sana suhu dingin New Delhi belum seberapa dibanding suhu daerah lain di bagian utara seperti Kashmir.

Sebelum berangkat, saya sudah mencari tahu informasi musim dan kecenderungan cuaca di sana. Kondisi tersebut membuat tubuh seseorang rentan terserang masuk angin, sakit kepala, flu, batuk, bahkan demam. Oleh karena itu, atas rekomendasi mama, saya sengaja membawa dua kotak obat herbal siap minum. Sejak lama, anggota keluarga dibiasakan untuk tidak langsung mengonsumsi obat medik, tetapi terlebih dahulu meminum obat herbal yang diracik di dapur sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar