Senin, 02 Maret 2020

Inilah Karst Terbesar Ketiga Sedunia di Sulawesi

Rammang-rammang di Maros, Sulawesi Selatan disebut-sebut sebagai salah satu pegunungan karst terbesar di dunia. Menjelajahinya pun begitu menantang.

Saya mengunjungi Rammang-rammang setelah 2 hari menjelajah Toraja. Di perjalanan pulang dari Toraja, Saya meminta pada supir bus Toraja-Makassar agar menurunkan Saya di tengah jalan poros Maros-Makassar, lebih tepatnya pertigaan menuju Rammang-rammang.

Jadi kami tidak perlu memulai perjalanan dari Makassar lagi. Ini menghemat waktu dan biaya. Kami tiba di pertigaan tersebut kurang lebih jam setengah empat pagi hari. Kami melipir sejenak di masjid yang letaknya tidak jauh dari pertigaan tersebut untuk sekadar bersih-bersih dan shalat subuh.

Selama di Rammang-rammang saya tinggal di sebuah eco lodge atas rekomendasi teman saya yang pernah liputan jurnalis di sana. Rammang-rammang Eco Lodge and Coffee namanya. Sebelum ke sana saya menghubungi Bu Hasma, istri dari Pak Udin, pemilik Rammang-rammang Eco Lodge ini. Beliau orang yang sangat baik dan pengertian.

Saking baiknya, Pak Udin bahkan menawarkan untuk menjemput rombongan kami yang berjumlah 8 orang dengan mobil Innovanya. Saat itu hujan gerimis di Eco Lodge. Kami semakin malas gerak dan berpikiran untuk tidur-tidur saja seharian. Ditambah pemandangan eco lodge yang sangat asri dengan pegunungan karst dan sawah hijau.

Tapi Bu Hasma sudah membantu kami menyewakan boat untuk menelusuri sungai di Rammang-rammang. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu hujan reda, check-in kamar, lalu eksplor Rammang-Rammang.

Berikut spot-spot seru yang bisa teman-teman kunjungi sewaktu di Rammang-Rammang. Yang pertama adalah Taman Batu. Spot ini berjarak 10 menit dari eco lodge dengan menggunakan kapal.

Di sini teman-teman bisa melihat batuan karst yang berukuran kecil terhampar di rerumputan. Sebenarnya ada spot batuan karst yang lebih bagus dan menantang yaitu Hutan Batu, akan tetapi berbeda jalur dengan perjalanan sungai ini. Posisi Hutan Batu terletak sebelum dermaga 2 dan dekat kafe bukit Rammang-rammang.

Kemudian ada Telaga Bidadari. Setelah menyusuri sungai kurang lebih 15 menit dengan perahu dari Taman Batu, kami harus melakukan trekking ke dalam hutan selama kurang lebih 1 jam untuk menuju Telaga Bidadari. Telaga ini sangat tenang, airnya biru, dan bening.

Saya dan teman-teman melihat ada 2 ekor ikan di telaga ini. Menurut guide kami, ikan di sana sedari dulu tetap 2 dan tidak bertambah atau berkurang. Yang ketiga, Situs Karama. Ini adalah situs prasejarah di Karst Rammang-rammang.

Masih satu area dengan Telaga Bidadari, untuk menuju situs ini membutuhkan waktu kurang lebih satu jam trekking, tergantung medan. Saat itu saya melewati batuan licin dan sawah yang sangat berlumpur karena hujan yang baru saja reda.

Di sana teman-teman bisa menemukan bekas peninggalan Suku Toala. Suku Toala adalah nama suatu kelompok masyarakat adat di Maros, Sulawesi Selatan. Umumnya mereka tinggal di pinggir pantai atau gua-gua yang terdapat pada batuan karst. Gua-gua tersebut bahkan sudah banyak diteliti oleh budayawan dan ahli sejarah. Karenanya UNESCO juga menempatkan Maros sebagai Situs Warisan Dunia.

Peninggalan-peninggalan yang teman-teman bisa lihat di sini adalah lukisan tangan Suku Toala yang berwarna merah. Katanya mereka melukisnya dengan menggunakan darah hewan. Ada juga lukisan lain di dinding, warnanya hitam berbeda dengan lukisan tangan mereka karena mereka menggunakan batu obsidian (batu hitam) pada gua. Bekas-bekas kerang pun ditemukan di dinding gua karena hidup mereka pada zaman dulu adalah dengan mencari ikan dan kerang di pinggir pantai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar