Jumat, 27 Desember 2019

Berjumpa Istana yang Tak Lagi Utuh di India (2)

Setelah tuktuk meliuk kencang di tikungan dan tanjakan, akhirnya kami sampai di pintu masuk kompleks Chittorgarh Fort. Sebagai turis asing, saya harus membeli tiket seharga Rs 100, sedangkan turis lokal cukup membayar Rs 10 saja. Sangat jauh bedanya, namun Rs 100 terbilang murah daripada tiket masuk ke tempat-tempat wisata lain di India yang lumayan menguras kantong para turis luar.

Dibangun oleh Chitrangada Mori pada abad ketujuh, Chittorgarh Fort berdiri di atas bukit setinggi 180 meter dengan sejumlah istana dan kuil-kuil yang tersebar di beberapa titik. Memiliki luas sekitar 691 hektar, benteng ini termasuk salah satu benteng terluas di India.

Dari loket pembelian tiket, tuktuk yang saya sewa melaju menuju titik pemberhentian pertama, yaitu Rana Kumbha Palace. Siang itu Rana Kumbha Palace begitu sepi. Hanya ada petugas yang memeriksa tiket.

Saya masuk dari pintu samping, di dekat toilet. Sejenak saya berdiri mengamati bangunan tinggi berwanra cokelat kekuningan. Sebagian dindingnya terkelupas. Bangunan-bangunan lain menyisakan reruntuhan dengan tembok-tembok yang tak lagi utuh.

Imajinasi saya mengembara pada masa Kerajaan Mewar ratusan tahun silam. Salah satu rajanya adalah Ratnashima yang memimpin pada tahun 1302-1302. Dalam legenda Rajasthan, ia dikenal dengan nama Ratan Singh, seorang raja yang mempersunting putri jelita dari Sri Lanka, Rani Padmini, sebagai permaisurinya.

Keduanya hidup bahagia sebelum ambisi Alauddin Khilji dari Kesultanan Delhi yang ingin merebut sang permaisuri menghancurkan semuanya. Kisah sang permaisuri ditulis oleh Malik Muhammad Jayasyi dalam puisi Padmavaat yang kemudian diangkat ke layar lebar oleh sutradara Sanjay Leila Bansali dengan judul yang sama. Padmavaat yang diceritakan oleh Muhammad Jayasyi diyakini sebagai Rani Padmini, istri Ratan Singh.

Saat Ratan Singh gugur dalam peperangan melawan Alauddin Khilji, Padmavaat dan perempuan-perempuan lain dalam istananya melakukan jauhar atau bela pati untuk mempertahankan kehormatannya. Mereka terjun ke dalam kobaran api. Adegan ini digambarkan dengan begitu dramatis dalam film Padmavaat. Betapa seorang istri lebih memilih kematian daripada menyerahkan kehormatannya kepada lawan.

Konon, di dalam Rana Kumbha Palace terdapat ruang rahasia tempat Rani Padmini atau Padmavaat melakukan jauhar bersama 700 wanita lainnya. Belakangan setelah berkunjung ke istana ini, saya menemukan artikel di internet bahwa Rana Kumbha Palace termasuk salah satu tempat paling menyeramkan di Rajasthan. Dalam tulisan itu diceritakan bahwa salah satu wisatawan mendengar jeritan minta tolong dan melihat seorang wanita berpakaian ala ratu dengan wajah terbakar.

Terlepas dari benar atau tidaknya cerita tersebut, saya memang merasakan kesan horor saat berada di Rana Kumbha Palace. Reruntuhan bangunan tua dan suasana sepi menciptakan nuansa seram meski saya berkunjung di siang hari.

Meski termasuk salah satu UNESCO World Heritage, namun Chittorgarh Fort memang tak sepopuler destinasi lain di India, seperti Taj Mahal, Jaipur, atau Kashmir. Bahkan orang India sendiri tak banyak yang berkunjung ke sini. Menjelang pintu keluar, baru saya jumpai beberapa turis lokal. Salah satunya dari New Delhi. Ia heran melihat saya yang jauh-jauh dari Indonesia datang ke sini. Saya bilang, “I come here after watching Padmavaat.â€

Tidak ada komentar:

Posting Komentar