Jumat, 27 Desember 2019

Situ Cangkuang Bakal Disulap Jadi Wisata Kekinian & Fotogenik

Pariwisata di Kabupaten Garut terus menggeliat dan berkembang, hal tersebut ditandai dengan adanya Pasar Wisata Digital di Situ Cangkuang.

"Garut memiliki potensi wisata yang luar biasa. Salah satunya adalah Situ atau Candi Cangkuang ini," ujar Menteri Pariwisata RI Arief Yahya kepada wartawan di Situ Cangkuang, Leles, Senin (2/9/2019).

Destinasi wisata digital Situ Cangkuang diresmikan Menpar Arief hari ini. Beragam seni khas dari tatar Pasundan khususnya Garut dihadirkan, seperti tari tradisional hingga pencak silat.

Yang paling utama, hadirnya Pasar Wisata Digital di Situ Cangkuang ini menjadikan tempat wisata legendaris tersebut menjadi objek wisata yang kekinian.

"Digital itu tuntutan anak-anak muda. Mereka itu indah di kamera. Jadi, ketika mereka merancang wisata digital, mereka ini akan indah di kamera. Karena kehidupan mereka itu 70-80 persen bukan di alam nyata tapi di sosial media. Kalau saya bilang ini cameragenic," katanya.

Arief meminta anak muda untuk ikut ambil bagian dalam pengembangan potensi pariwisata di Situ Cangkuang. Sebab, anak muda bisa mendorong pemangku kebijakan untuk terus mengelola potensi wisata.

Situ Cangkuang sendiri merupakan destinasi wisata ketiga yang diresmikan Menpar tahun ini sebagai Pasar Wisata Digital. Sebelumnya ada dua objek wisata yakni Situ Bagendit dan Dayeuhmanggung.

"Nantinya kita akan jadikan ini sebagai destinasi wisata kelas nasional," pungkas Arief.

Konsep Wisata Halal Danau Toba, Tidak Hilangkan Kearifan Lokal

Ramai soal konsep wisata halal di Danau Toba. Pemprov Sumut menegaskan, konsep wisata halal tidak menghilangkan kearifan lokal yang ada.

Kepala Bidang Bina Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, Muchlis menyatakan, hingga saat ini, tidak ada pelarangan mengenai babi atau hal lainnya. Konsep wisata halal yang dimaksud Pemprov Sumut adalah menyediakan fasilitas pendukung bagi wisatawan, termasuk Muslim yang datang ke kawasan Danau Toba. Wisata halal dan kearifan lokal bisa berjalan berdampingan tanpa saling menghilangkan atau bersaing.

"Tidak kita larang itu, wisata halal beda dengan konsep wisata syariah, wisata halal hanya sekadar memberi kebutuhan bagi wisatawan, wisata halal bukan berarti meniadakan, makanya kearifan lokal tidak terganggu," kata Muchlis saat menerima pengunjuk rasa dari Aliansi Mahasiswa Peduli Danau Toba, di Kantor Gubernur Sumut, Jalan Diponegoro Medan, Senin (2/9/2019).

Dikatakan Muchlis, konsep wisata halal sudah bergulir sejak lama. Konsep wisata halal bukanlah bentuk pengkotak-kotakan masyarakat. Konsep tersebut untuk mengakomodir kebutuhan para wisatawan yang datang ke Danau Toba.

Saat ini, kata dia, angka pengunjung dari negara sekitar Indonesia adalah yang terbanyak, seperti Malaysia. Muchlis menyebut 55 persen wisatawan yang datang berkunjung berasal dari Malaysia.

Konsep tersebut juga dimaksudkan untuk mengambil pasar yang sedang bertumbuh saat ini, yakni wisata halal. Pada tahun 2018 saja jumlah wisatawan muslim mancanegara berjumlah 140 juta. Berdasarkan data Global Muslim Travel Index 2019 pada tahun 2026 diperkirakan angka tersebut akan bertambah lebih besar menjadi 230 juta. Diperkirakan juga, pemasukan dari wisatawan muslim mencapai US$ 300 juta pada ekonomi global.

Pada tahun 2019, Indonesia berada di posisi pertama sebagai negara muslim tujuan wisata halal dunia dengan skor 78. Sementara untuk negara nonmuslim, Singapura berada di peringkat pertama, disusul Thailand, Inggris, dan Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar