Selasa, 31 Desember 2019

Tahun Ini, Indonesia Incar Peringkat 30 di TTCI

Lembaga dunia Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) mengungkapkan posisi pariwisata Indonesia di dunia. TTCI 2017 yang dikeluarkan secara resmi oleh World Economic Forum (WEF) pada 2017 menunjukkan Indonesia tembus di peringkat 42, naik 8 angka dari dua tahun sebelumnya 2015 di peringkat 50.

Angka 50 itu pun sudah naik dari papan 70 besar dunia pada tahun 2013. Targetnya pada 2019 adalah peringkat ke-30. Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Gabungan Industri Pengusaha Indonesia (GIPI) Didien Junaedy mengaku heran jika masih ada yang meragukan capaian pariwisata Indonesia dalam hal daya saing. Baginya, itulah justru yang membuat banyak investasi mulai percaya di sektor pariwisata.

"Perkembangan sektor pariwisata Indonesia on the track. Pariwisata Indonesia makin kuat bersaing dengan negara lain. Datanya bisa dilihat dan itu dikeluarkan resmi oleh World Economic Forum, bukan data sembarangan," ujar Didien dalam keterangan tertulis, Jumat (16/8/2019).

Menurut Didien, suasana geliat di pasar dan destinasi juga terasa dalam lima tahun ini. Keberhasilan sektor pariwisata Indonesia, lanjutnya, tidak lepas dari seriusnya perhatian Presiden Joko Widodo terhadap sektor ini. Apalagi perkembangannya selalu dipantau.

"Dunia pariwisata Indonesia sangat beruntung memiliki presiden yang peduli dengan pariwisata. Apalagi semua kemauannya bisa diterjemahkan dengan sangat baik oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya. Tanpa kolaborasi yang baik ini, tidak mungkin sektor pariwisata Indonesia melesat seperti sekarang," katanya.

Didien bahkan menilai peran Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata tidak bisa dilepaskan dari kesuksesan pariwisata Indonesia. "Apalagi, beliau menerapkan deregulasi. Dan inilah kunci yang membuat daya saing pariwisata di tingkat global meningkat tajam," katanya.

"Menpar melakukan deregulasi bebas visa secara. Juga memperbaiki pilar yang menjadi unsur penilaian dalam Travel and Tourism Competitiveness Index World Economic Forum. Hasilnya, brand Wonderful Indonesia kian dikenal luas. Baik di dalam maupun luar negeri. Tidak sembarangan orang bisa melakukan hal ini. Hanya mereka yang punya komitmen, kemampuan, dan keseriusan yang bisa melakukannya," jelasnya.

Tidak hanya itu, Didien juga menilai Arief Yahya sangat jeli melihat tren wisatawan dunia. Saat ini, tren tersebut mengarah ke digital. Sektor pariwisata Indonesia pun dibawa menuju era digital.

"Jadi kalau masih ada yang berharap wisatawan mancanegara cari brosur di bandara, itu kuno. Wisatawan sekarang akrab dengan digital. Semua dilakukan dengan gadget. Mencari informasi destinasi, hotel, bahkan hingga membayar, semua dilakukan digital, sebelum mereka berangkat. Lantas bagaimana jika wisatawan sudah sampai bandara? Ada TIC (Tourism Information Center). Kalau masih berharap brosur ya ketinggalan," kata Didien.

Kini pelaku industri pariwisata sudah semakin memahami tren yang makin digital. Sebab, sudah ada perubahan pola dari wisatawan mancanegara. Industri yang tidak mengikuti perkembangan zaman akan semakin jauh tertinggal.

Didien juga mengungkapkan sektor pariwisata sangat dinamis, terus berubah, bahkan berevolusi. Salah satunya karena teknologi digital. "Customer atau perilaku traveler sudah berubah, maka produk dan strategi marketing nya pun harus berubah. Dan itu sudah dilakukan sejak 4 sampai 5 tahun ini," jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa cerita di balik destinasi sangatlah penting dan sudah banyak kisah suksesnya.

"Pariwisata itu soal persepsi. Apa yang ingin kita sampaikan ke wisatawan, bagaimana caranya wisatawan bisa tertarik untuk datang, dan bagaimana bisa menyisakan memori yang indah? Itu penting dan menjadi kekuatan destinasi," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar