Senin, 30 Desember 2019

Mengenal Tradisi Perang Api di Lombok

Sebelum Hari Raya Nyepi, warga Hindu di Lombok memiliki tradisi yaitu Perang Api. Mirip sungguhan, perang ini menimbulkan percikan api yang mendebarkan.

Sebelum Hari Raya Nyepi, warga Hindu di Lombok memiliki tradisi yaitu Perang Api. Mirip sungguhan, perang ini menimbulkan asap tebal dan percikan api yang mendebarkan.

Mendengar kata perang, sudah terbayang akan rusuh, ribut dan adanya korban jiwa tentunya. Tapi, ini bukan sembarang perang, ini adalah sebuah tradisi turun temurun umat Hindu dari dua kampung yang ada di Kota Mataram, yaitu kampung Negara Sakah dan Sweta.

Perang api ini merupakan rangkaian acara menyambut Hari Raya Nyepi di Pulau Lombok dan diselenggarakan satu hari sebelum melaksanakan Nyepi.

Menjelang sore, arena perang setiap tahunnya dilaksanakan di seputaran Tugu Tani. Cakranegara mulai dipadati oleh pengunjung, mulai dari turis lokal dan turis mancanegara yang berbaur dengan masyarakat setempat dan tidak lepas dari pengamanan pihak kepolisian dan panitia acara.

Tanda perang dimulai ketika puluhan bobok, daun kelapa kering yang diikat menjadi satu mulai dibakar dan kedua kubu mulai berteriak saling bersahutan, perang pun dimulai. Kedua kubu saling pukul dengan bobok yang menyala, percikan api dan asap tebal di mana-mana, nampak seperti perang sungguhan.

Pada waktu itu, aku mengambil posisi tepat di pinggir arena dengan tujuan ingin mengambil foto dari jarak dekat dan tentunya ingin menyaksikan langsung bagaimana serunya perang api tersebut. padahal dari pihak aparat dan panitia sudah memperingatkan untuk tidak terlalu dekat dengan arena karena dikhawatirkan akan terkena percikan api.

Benar saja, ketika perang dimulai aku dan pengunjung lainnya yang ada di pinggir arena langsung buyar dan saling dorong. Ada beberapa yang terkena percikan api dan terdorong oleh peserta perang api itu, bahkan beberapa kali aku sendiri terkena percikan, beresiko memang tapi seru dan mendebarkan.

Memang agak sulit untuk mendapat foto yang bagus, karena perang api ini bisa dibilang berlangsung singkat yaitu sekitar 20 menit bahkan bisa kurang. Oleh karena itu, aku menggunakan mode burst pada kamera dengan harapan dari sekian banyak foto yang kudapat ada satu atau dua foto yang jadi, karena tidak sedikit kawan-kawan fotografer yang datang dengan semangat dan pulang dengan kecewa. Kalau gagal hari ini, harus menunggu tahun depan untuk kembali menyaksikannya.

Yang bisa kita ambil pelajaran dari tradisi ini adalah cerminan semangat perdamaian. Walaupun ada yang terluka, tidak ada dendam di antara kedua belah pihak. Selesai berperang, mereka kembali berpelukan dan bersalaman.

Mereka sadar, ini adalah tradisi yang harus dijaga dan tidak dikotori dengan hal-hal negatif, karena arti dari perang api ini sendiri dimaksudkan untuk membersihkan diri dari aura-aura negatif yang ada di dalam diri dan mencerminkan semangat sebelum melaksanakan Nyepi. Untuk kawan-kawan yang memanfaatkan liburan Nyepi di Lombok dan ingin menyaksikan keseruan tradisi Perang Api Lombok, bisa datang sore hari ke Tugu Tani Cakranegara tepat satu hari sebelum Hari Raya Nyepi.

Semoga tulisan singkat ini ini bisa mengantarkan aku untuk mendapat kesempatan extraordinary traveling ke Dubai, salah satu tempat yang ingin sekali aku kunjungi ingin melihat langsung dan merasakan megah dan modern kotanya dan tentunya hal yang ingin aku lakukan yaitu hunting foto, suasana kotanya, kehidupan masyarakatnya, lanskapnya dan lain lain, karena saya hobi foto. Tentunya ini akan menjadi momen yang sangat berharga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar