Minggu, 29 Desember 2019

Tangkuban Perahu, Ekstrem Namun Digemari

Beberapa waktu lalu, Gunung Tangkuban Perahu mengalami Erupsi. Tempat wisata ini cukup ekstrem namun banyak digemari masyarakat.

Gunung Tangkuban Perahu terletak di 13 km arah utara dari tempat tinggal saya sekarang. Terakhir mengunjunginya belasan tahun lalu, ketika saya masih SMA. Setelah belasan tahun, saya berkesempatan mengunjunginya lagi. Terakhir saya kesini bersama teman-teman STM, kali ini bersama keluarga tercinta.

Dulu, saya mencapai kawah dengan berjalan kaki dari kaki gunung, sekalian hiking. Namun sekarang, karena membawa anak, kami naik mobil.

Sejak lama, Kawah Tangkuban Perahu menjadi tujuan wisata yang ramah pengunjung. Khususnya dari segi transportasi, karena untuk mencapai kawah yang ada di puncak Gunung, para pengunjung bisa mengendarai mobil, hingga ke area kawah. Enak bukan?

Keadaan alam di Kawah Tangkuban Perahu tidak banyak berubah. Paling yang membuat pangling adalah fasilitas-fasilitas untuk para pelancongnya. Ada beberapa bangunan baru yang menggantikan bangunan lama.

Sebelum erupsi pada beberapa waktu lalu, Tangkuban Perahu mengalami erupsi sekitar tahun 2014. Mudah-mudahan kali ini hanya 'batuk' biasa yang tidak berkepanjangan apalagi sampai erupsi besar.

Kawah Gunung Tangkuban Perahu hanyalah berupa cekungan tandus berpasir yang di tengahnya mengepul asap beracun. Sepintas lalu, area kawah adalah tempat yang tidak memungkinkan untuk mendukung kehidupan, apalagi sebuah peradaban.

Namun, siapa sangka dibalik kondisi alamnya yang ekstrim, Kawah Tangkuban Perahu justru menjadi tujuan wisata yang menjadi sumber penghidupan. Ini yang membuatnya istimewa dan perjalanan traveling ke kawah Tangkuban Perahu menjadikannya extraordinary traveling.

Kondisi ekstrim Tangkuban Perahu menyimpan keindahan tersendiri yang membuat kagum manusia. Terkadang, manusia justru ingin tinggal di sana. Kemudian, manusia mengembangkan berbagai fasilitas supaya bisa tinggal dengan nyaman di lingkungan alam yang ekstrim tersebut.

Saat tulisan ini dibuat, Gunung Tangkuban Perahu Erupsi 2 jam yang lalu. Sementara posisi saya sekitar 13 Km arah selatan Gunung Tangkuban Perahu. Kejadian ini mengingatkan saya pada family traveling bersama keluarga ke Kawah Tangkuban Perahu, beberapa waktu lalu.

Tangkuban Perahu merupakan contoh bukti manusia bisa berdamai dengan alam yang ekstrim kondisinya. Yang kemudian bisa hidup berdampingan.

Pada belahan bumi yang lain, di daerah Timur Tengah ada juga bukti serupa, skalanya lebih besar, Dubai. Sebuah kota di Gurun Pasir yang tandus, namun mampu membangun surga yang berdampingan dengan alam yang panas dan gersang yang bak neraka.

Perjalanan ke Dubai bisa menjadi sebuah extraordinary traveling. Kita bisa mengagumi keunggulan peradaban manusia sekaligus mentadaburi kehebatan kreasi Allah, Sang Maha Pencipta, mereka bisa bersanding berdampingan.

Jika berkesempatan mengunjungi Dubai, saya ingin merasakan sebuah perjalanan di tengah gurun tandus, di bawah terik matahari dengan menaiki unta atau kuda. Pengalamannya pasti luar biasa. Selain itu, saya ingin ke lantai paling tinggi dari gedung Burj Khalifa, merasakan kehebatan arsitektur dan teknologi yang dicapai manusia sehingga bisa membangun gedung setinggi 830 meter ini.

Tentu saja saya juga ingin mengunjungi masjid-masjid dan tempat-tempat tradisional yang indah yang ada di Dubai. Semoga harapan ini bisa mewujud menjadi kenyataan. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar