Rabu, 29 Juli 2020

75 Persen Pasien Corona Alami Kerusakan Organ, Mirip Efek Serangan Jantung?

Para ahli mengklaim 75 persen pasien Corona bisa mengalami kerusakan organ mirip dengan efek serangan jantung. Para dokter yang memerangi pandemi COVID-19 ini sebelumnya telah memperingatkan bahwa infeksi pernapasan berisiko menjadi 'pembunuh multi-organ'.
Saat ini, dua penelitian baru mengungkap sejauh mana kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh virus Corona pada jantung. Penelitian dari Jerman menemukan bahwa 78 persen pasien yang telah pulih dari COVID-19 memiliki perubahan pada organ vital.

Sementara itu, 76 dari 100 orang yang sembuh, saat diteliti menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang serupa dengan serangan jantung. Penelitian terpisah yang juga dilakukan di Jerman, menemukan jumlah virus yang lebih tinggi di jantung, pada lebih dari separuh pasien yang meninggal akibat COVID-19.

Kerusakan jangka panjang
Para ahli mengatakan belum jelas berapa lama kerusakan itu terjadi. Apakah itu dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, atau masalah jantung lainnya.

Namun, temuan ini menjelaskan mengapa beberapa pasien mengalami kondisi lemah dan lelah setelah pulih dari virus Corona COVID-19. Para peneliti juga mengatakan temuan mereka harus digunakan untuk membantu dokter memantau kesehatan jantung jangka panjang dari pasien COVID-19 yang pulih.

Penelitian yang dipimpin tim Rumah Sakit Universitas Frankfurt, Jerman, pada studi pertama, diterbitkan dalam jurnal JAMA, mengamati pemindaian MRI terhadap 100 orang yang dinyatakan positif Corona antara April hingga Juni 2020.

Kelompok pertama berjumlah 50 orang, memiliki rentang usia yang sama, begitu pula dengan jenis kelamin, dan ras, kelompok ini dianggap memiliki kesehatan jantung normal dan tidak menggunakan obat jantung sebelum tertular virus Corona. Kelompok lain dari 57 pasien memiliki faktor risiko masalah jantung, seperti diabetes, merokok, atau memiliki kondisi kesehatan lain yang mendasarinya.

Analisis MRI menunjukkan bahwa 78 dari 100 orang memiliki tanda-tanda kerusakan jantung. Sementara 76 persen memiliki kadar protein troponin yang tinggi, yang dilepaskan ke aliran darah selama serangan jantung.

Dokter akan menguji troponin ketika mereka mencurigai seseorang mengidap serangan jantung sehingga mereka dapat mendiagnosisnya. Pemindaian, yang dilakukan rata-rata 71 hari setelah pasien didiagnosis juga menunjukkan bahwa 60 orang memiliki tanda-tanda peradangan jantung.

Dalam studi kedua, para ilmuwan dari University of Heart and Vascular Centre in Hamburg, Germany, melihat masalah jantung dari 39 orang yang meninggal akibat COVID-19. "Sebagian besar memiliki tanda-tanda yang jelas bahwa virus telah mencapai jantung mereka, tetapi tidak ada kerusakan yang cukup untuk dianggap miokarditis akut atau infeksi virus parah pada jantung," kata para peneliti, dikutip dari The Sun.

Mereka menemukan bahwa 16 pasien memiliki tingkat atau jumlah SARS-CoV-2 yang tinggi, virus yang menyebabkan COVID-19 dalam jantung mereka. Namun, para ilmuwan juga menemukan bahwa virus itu secara aktif mereplikasi dirinya di dalam jaringan hingga pasien meninggal.

Studi ini bukan yang pertama kalinya menunjukkan kerusakan yang mengkhawatirkan dialami pasien virus Corona. Studi besar lain yang diterbitkan awal bulan ini menemukan bahwa lebih dari setengah pasien di rumah sakit yang terkena COVID-19 mengalami kerusakan jantung.

Penelitian dari 69 negara menunjukkan bahwa 55 persen dari 1.261 pasien COVID-19 memiliki perubahan abnormal pada cara jantung memompa. Studi yang didanai oleh British Heart Foundation (BHF), juga menemukan bahwa sekitar satu dari tujuh pasien memiliki bukti disfungsi parah.

Namun mayoritas, 901 pasien tersebut belum pernah didiagnosis dengan masalah jantung sebelumnya.
https://kamumovie28.com/nande-koko-ni-sensei-ga-episode-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar