Rabu, 29 Juli 2020

Alami Krisis Masker, China Bangun Pabrik Dalam Waktu 6 Hari

 Alami krisis masker di tengah wabah virus corona (COVID-19), China bangun pabrik masker di Beijing. Rencananya pabrik ini akan di bangun dalam 6 hari dan diharapkan bisa memproduksi 250.000 masker per hari.
Dikutip dari Mothership, proses pembangunan yang telah dilakukan sejak hari Senin (17/2/2020) itu ditargetkan akan selesai pada Sabtu (22/2/2020). Para pekerja pun diberlakukan sistem shift agar proyek bisa rampung tepat waktu.

Berbagai macam fasilitas diberikan oleh perusahaan konstruksi untuk melindungi para pekerja dari kemungkinan infeksi COVID-19. Misalnya setiap hari para pekerja akan dicek suhu tubuh, kesehatan, dan juga sudah disediakan kamar khusus untuk pekerja yang mengalami gejala-gejala penyakit ini.

Ketika wabah COVID-19 mulai menyebar di China, masker menjadi barang primer yang sangat dibutuhkan oleh pekerja medis, petugas pengendalian penyakit, dan juga masyarakat umum.

Meski pabrik ini diharapkan nantinya bisa memproduksi 250.000 masker per hari, China tetap membutuhkan sekitar beberapa juta masker per hari untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Siapapun Bisa Mengalami, Kenali Tahapan Serangan Jantung Saat Olahraga

Aktor sekaligus suami penyanyi Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair meninggal dunia pukul 04.51 pagi tadi. Penyebab meninggalnya diduga kuat serangan jantung.
Kabar berpulangnya Ashraf sontak mengagetkan banyak pihak. Terlebih sosoknya dikenal rajin berolahraga dan menerapkan pola hidup sehat.

Meski tidak terjadi pada Ashraf, kasus serangan jantung saat berolahraga kerap kali terjadi. Beberapa atlet juga dikabarkan mengalami serangan jantung saat berolahraga yang kemudian merenggut nyawanya.

Antisipasi risiko kematian mendadak bisa dilakukan dengan mengenali tanda-tanda serangan jantung saat olahraga. Berikut di antaranya:

1. Jantung berdebar
Tubuh terasa panas tidak selalu menjadi tanda serangan jantung saat olahraga. Praktisi kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Jack Pradono Handojo, MHA, menyebut tandanya bisa jadi jantung berdebar-debar hebat dengan frekuensi denyut nadi di atas 160 bpm (beat per minute).

"Biasanya yang terjadi, denyut nadinya naik sampai 180-190 itu sebenarnya udah tanda-tanda bahwa dia udah enggak sanggup lagi," katanya.

2. Sulit mengatur napas
Saat kita mulai merasa sesak atau napas terengah-engah dan sulit untuk lari sambil bicara, maka itu tandanya kita harus mengurangi power.

"Biasanya orang pakai monitor kalau sudah di 180 bpm dia ngasih sinyal. Kemudian kita turunkan temponya, turunkan intensitasnya, turunkan speednya, sampai dia turun lagi ke 150. Baru safe lagi untuk running," katanya.

3. Mata berkunang-kunang atau merasa mual
Jika telah mengalami pusing dan mual, maka kamu sudah harus berhenti. Memaksakan diri berolahraga pada tahap ini bisa berakibat fatal. Saat kepala terasa pening dan pandangan berkunang-kunang, seorang pelari mesti berhenti sejenak karena dikhawatirkan akan pingsan.

"Di titik itu kunang-kunang, tandanya mau jatuh (pingsan)," kata dokter Jack.

4. Blackout atau pingsan
Dekan FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, mengatakan saat oksigen di otak mulai menipis, orang akan pingsan. Meski demikian, di titik itu dia belum meninggal.

"Penanganan ketika pingsan inilah yang paling penting. Ketika dia tidak bernapas, segera berikan oksigen atau pernapasan buatan," katanya.

5. Jantung berhenti bekerja
Orang yang berlari atau berolahraga biasanya akan mengecek kesehatannya terlebih dahulu. Dalam kondisi awal, mereka terlihat sehat. Lalu kenapa bisa terjadi meninggal mendadak?

"Kalau memang dia ini ada gangguan jantungnya, kemudian dengan dia melakukan excercise akhirnya memaksa jantung bekerja keras. Dalam waktu singkat terjadi henti jantung," kata dr Ari.
https://nonton08.com/lily-bunga-terakhirku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar