Kamis, 23 Juli 2020

Pimpinan Sekte Shincheonji di Daegu Klaim Wabah Corona 'Perbuatan Iblis'

 Lewat pesan untuk jemaat, pimpinan gereja sekte Shincheonji di Daegu, Korea Selatan, Lee Man-Hee mengklaim wabah virus corona sebagai 'perbuatan iblis' dan ujian iman. Belakangan, kota Daegu dijuluki 'Wuhan Baru' karena banyak bermunculan kasus baru dan juga mengalami lockdown.
"Kasus penyakit ini tampak sebagai perbuatan iblis untuk menghentikan pertumbuhan pesat Shincheonji," tulis pria yang mengklaim diri sebagai Mesias dan mendirikan sekte Shincheonji pada 1984 tersebut.

"Seperti ujian yang dilalui Ayub, ini untuk menghancurkan kemajuan kita," lanjutnya seperti dipublikasikan agensi berita Yonhap, dikutip dari Reuters, Jumat (21/2/2020).

Korea Selatan melaporkan 52 kasus baru virus corona COVID-19 pada Jumat, sehingga total di seluruh negeri mencapai 156. Mayoritas kasus ada di Daegu, kota terbesar ke-4 dengan populasi 2,5 juta jiwa.

Dari angka tersebut, sebagian besar terlacak berhubungan dengan salah satu jemaat gereja Shincheonji yang disebut 'Patient 31'. Pasien wanita berusia 61 tahun ini diyakini sebagai 'super-spreader' yang menularkan ke puluhan jemaat lain.

Dilaporkan, 37 jemaat gereja ini telah terkonfirmasi positif virus corona. Sebanyak 52 jemaat lain menunjukkan gejala ringan infeksi ini, tetapi belum menjalani pemeriksaan.

Virus Corona COVID-19 Bermutasi, Bakal Makin Susah Bikin Vaksin?

- Kemungkinan virus corona bermutasi mulai diwaspadai, bahkan dilaporkan sudah terjadi di China. Bakal mempengaruhi proses pembuatan vaksin yang tengah dikerjakan para ilmuwan?
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio mengatakan bahwa tidak semua virus yang bermutasi berubah secara total, dan bagian yang tidak berubah itu lah yang akan dijadikan vaksin.

"Jadi walaupun ada bagian lain yang bermutasi, tetap ada bagian lain yang tidak berubah. Nah itu yang harus diambil untuk jadi calon vaksin," kata Prof Amin, kepada detikcom, Jumat (21/2/2020).

"Jadi tidak berpengaruh, karena ditunjukkan pada bagian yang tidak berubah," lanjutnya.

Meskipun begitu, Prof Amin menegaskan bahwa bagian-bagian virus corona yang telah berubah itu tak boleh diabaikan, dan tetap perlu dipelajari lebih lanjut.

"Tentunya kita harus pelajari terus, virus yang bersirkulasi itu mutasinya di bagian-bagian mana saja dan itu harus dikonfirmasi terus," tuturnya.

KRI Dr Soeharso Siapkan Evakuasi Heli untuk Kondisi Darurat

 Sebanyak 74 Anak Buah Kapal (ABK) dari WNI di Diamond Princess, Jepang, rencananya akan segera dipulangkan, salah satu opsi yang tengah disiapkan kini adalah KRI dr Soeharso. Selain menyiapkan skenario evakuasi pemulangan, KRI dr Soeharso sudah menyiapkan opsi darurat, melalui evakuasi heli dan Landing Craft Utility (LCU).
Pasopsatgas Kol Laut (P) Tony Herdianto, dalam pemaparannya soal kesiapan KRI dr Soeharso dalam rencana evakuasi 74 ABK di Diamond Princess, Jepang, menjelaskan evakuasi medis dengan menggunakan heli akan dilakukan jika pasien butuh segera dibawa ke rumah sakit darat.

"Evakuasi medis dengan menggunakan heli dan LCU, jadi kalau memang itu diperlukan, kami juga akan mengeluarkan heli apabila pasien pada saat di perjalanan Yokohama ke Indonesia membutuhkan kondisi darurat untuk ke rumah sakit darat, akan kita lakukan proses evakuasi heli," jelasnya, Kamis (20/2/2020).

Tony juga menjelaskan LCU menjadi opsi untuk mengevakuasi pasien. "Kemudian untuk LCU direncanakan untuk mengevakuasi pasien. Rencananya kami akan berangkat dari Indonesia, dari Surabaya, kemudian sampai ke Yokohama," katanya.

"Sementara kami konsepkan di sana akan melaksanakan anchor, menurunkan jangkar. Kemudian untuk mengevakuasi pasien denvan menggunakan LCU atau landing craft utility yang dimiliki oleh KRI dr Soeharso," lanjutnya.

Sebelumnya diberitakan, skenario opsi pemulangan memiliki dua opsi. Opsi pertama perjalanan akan berakhir di Natuna untuk dikarantina, opsi kedua melakukan karantina di kapal dan langsung dipulangkan ke Surabaya.

Opsi pertama yang direncanakan memakan waktu 22hari selama perjalanan, KRI dr Soeharso rencananya akan berlayar dari Dermaga Komando Armada II Surabaya melewati perairan Laut China Selatan, Samudera Pasifik, ke Yokohama.

Opsi kedua, KRI dr Soeharso diberangkatkan dari Surabaya melewati perairan Laut China Selatan, Samudera Pasifik, menuju perairan Yokohama lalu kembali melalui perairan Laut China Selatan menuju Ranai, Pulau Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Perjalanan diperkirakan memakan waktu selama 24 hari.
https://nonton08.com/are-we-in-love/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar