Senin, 27 Juli 2020

Viral Spekulasi Ashraf Sinclair Meninggal karena GERD, Ini Faktanya

Belum lama setelah pemakaman almarhum Ashraf Sinclair, aktor sekaligus suami dari Bunga Citra Lestari, beredar pesan mengenai penyebab meninggalnya yang diduga akibat penyakit tertentu.
"Suami BCL katanya meninggal karena serangan jantung, dalam usia 40 tahun. Ada teman dokter yang bilang kemungkinan karene GERD yang menekan jantung hingga tidak berfungsi," tulis pesan viral tersebut.

Dalam pesan tersebut dituliskan bahwa GERD atau Gastro Esofagial Reflux Disease yang biasanya dikenal sebagai asam lambung dapat menyebabkan kematian mendadak. Pengirim pesan menyertakan nama dokter yang tercantum sebagai dr Imam Susilo.

Pesan berantai dengan narasi nyaris sama sebenarnya sempat viral dan heboh di dunia maya beberapa waktu yang lalu. Kali ini, pesan tersebut diviralkan lagi dengan versi meninggalnya Ashraf Sinclair.

Soal nama dokter yang tercantum dalam pesan tersebut, detikcom pernah melakukan penelusuran lewat situs KKI atau Konsil Kedokteran Indonesia. Ditemukan, ada 2 dokter dengan nama tersebut.

Namun salah satu di antaranya memastikan bahwa dirinya bukan penulis pesan berantai itu, terlebih karena bidang yang ia dalami adalah patologi anatomi. "Sepertinya kok bukan saya ya," ujar dr Imam Susilo SpPA(K) beberapa waktu lalu.

Sedangkan untuk kaitan antara GERD dan serangan jantung, spesialis jantung dari RS Siloam Karawaci, dr Vito A Damay, menyebut keduanya tidak memiliki hubungan sama sekali.

"Jadi, GERD tidak menyebabkan serangan jantung apalagi menekan jantung hingga tidak berfungsi," katanya kepada detikcom, Rabu (19/2/2020).

Disebutkan pula bahwa asam lambung tidak menyebabkan penyakit jantung. Namun yang kerap terjadi adalah serangan jantung yang mengenai bagian bawah jantung seringkali dirasakan nyeri uluhati yang mirip dengan GERD.

"Sehingga sering disalah artikan sakit maag lalu berujung meninggal. Padahal mungkin itu serangan jantung," pungkas dr Vito.

Viral Jamu Tangkal Virus Corona COVID-19, Profesor Biokimia Angkat Bicara

Hingga saat ini belum ada kasus yang terkonfirmasi positif virus corona COVID-19. Banyak faktor yang disebut menjadi penyebab belum masuknya COVID-19 ke Indonesia. Bahkan, salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi jamu. Memangnya benar ya seperti itu?
Prof Chairul A Nidom, Ketua Tim Riset CoV dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation Surabaya menjelaskan, ada dua macam virus corona, yaitu low pathogenic dan high pathogenic.

Menurutnya, kondisi high pathogenic reseptornya ada di paru, dan hal ini yang dapat berakibat fatal pada manusia. Untuk menekan risiko fatal terjadi, kurkumin bisa menjadi solusinya.

"Kurkumin itu mempunyai fungsi menekan badai sitokin, yang tentunya kita bisa berharap bahwa paru-paru tidak begitu rusak atau bisa recovery secepatnya," jelasnya saat dihubungi detikcom, Selasa (18/2/2020).

Ia juga menjelaskan pasien di Wuhan yang terinfeksi COVID-19 mengalami badai sitokin. Namun penggunaan formulasi ini perlu diteliti lebih lanjut mengenai berapa banyak kadar jahe, temulawak, kunyit, atau pun bahan lainnya yang termasuk dalam kurkumin.

"Kandungan masing-masing dari jahe, temulawak, itu kan berbeda," lanjut Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Surabaya tersebut.

Namun ia mengimbau masyarakat tidak perlu menunggu. Lebih baik untuk membiasakan konsumsi berbagai macam bahan kurkumin dengan memasukkan ke dalam makanan, atau minuman.

"Sekarang kita sedang formulasikan kandungannya, tetapi masyarakat tidak perlu menunggu, apa (makanan atau minuman mengandung kurkumin) yang biasa diminum atau biasa dikonsumsi lanjutkan saja," tambahnya.
https://nonton08.com/warkop-dki-reborn-jangkrik-boss-part-2-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar