Minggu, 22 Desember 2019

Heboh! 75 Ribu Warga Gorontalo Goyang Mopobibi Pecahkan Rekor MURI

Sebanyak 75 ribu warga Gorontalo bergoyang Mopobibi. Acara ini digelar di Alun-alun Taman menara Limboto, Minggu (21/9) tadi.

Goyangan Kolosal yang diikuti anak-anak sekolah dan warga mampu mencatat Musim Rekor Indonesia (MURI) dan Rekor Dunia sebagai goyang tari terbanyak.

Manager MURI Andre Purwandono menyatakan, goyang Mopobibi, MURI menjadi saksi atas terciptanya rekor baru dan rekor ini belum pernah dicatatkan oleh MURI.

"Jadi kegiatan minggu ini adalah kegiatan pencatatan rekor MURI bukan pemecahan karena goyang mopobibi ini adalah goyangan yang belum pernah dicatatkan dimanapun dan ini hanya ada dan tercipta di Kabupaten Gorontalo dan kami bangga masuk dalam rekor dunia karena yakin goyang mopobibi hanya ada di Gorontalo," kata Manager MURI Andre Purwandono, Minggu (21/9/2019).

Sementara Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo, mengatakan, goyang mopobibi atau goyang pamer merupakan terobosan pemerintah daerah untuk mengalakan berolahraga dengan senang hati.

"Dalam goyang Mopobibi ada semangat membangun di dalamnya, ada semangat bersatu, semangat membangun SDM. Di dalam ada promosi untuk provinsi Gorontalo, ada sehat di dalamnya karena ada olahraga di dalamnya dan ada seni di dalamnya," jelas Nelson mantan Rektor ini.

Dia menjelaskan, akan terus mengalakan dan menularkan goyang mopobibi pada warga Gorontalo.

"Melalui rekor MURI goyang mopobibi tidak hanya rekor Indonesia tapi juga rekor dunia," tutup Nelson.

Rugaya Abas (12) salah satu siswa Kelas 6 Sekolah Dasar yang ikut goyang mopobibi mengaku senang bisa ikut bersama-sama memecahkan rekor goyang mopobibi.

"Kami berlatih hampir satu bulan dan kami senang bisa ikut goyang mopobibi bersama dengan guru dan warga Limboto," singkat Rugaya.

Bermain di Atap Hutan Gunung Halimun Salak

Anda bisa bermain di atap hutan di Gunung Halimun Salak. Hawa sejuk dengan lanskap hijau melingkupinya dan inilah Canopy Trail.

Suka dengan ketinggian? Kunjungilah Resort Stasiun Penelitian Cikaniki, di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Di area zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak ini terdapat Canopy Trail Gunung Halimun Salak. Ketinggiannya 25 meter dengan panjang bentangan sekitar 125 meter.

Dulunya Canopy Trail Gunung Halimun Salak ini dibuat untuk pengamatan beragam satwa di area hutan hujan terluas di Pulau Jawa. Ada beragam burung juga terdapat primata Owa Jawa yang bisa diintip di sana.

"Canopy Trail dibangun tahun 1998, awalnya untuk kepentingan pengamatan sambil rekreasi. Lokasi ini terdapat beragam ekosistem, seperti berbagai jenis burung seperti Elang Jawa, Elang Hitam, Brontok, burung-burung kecil, terutama primata Owa Jawa," kata Muhammad Arsa, Kepala Resort Stasiun Penelitian Cikaniki, Sabtu (29/9/2019).

Sayangnya saat detikcom di lokasi tidak sempat melihat langsung primata yang dilindungi tersebut. Namun, dari kejauhan terdengar suara sayup-sayup mirip Owa Jawa.

Ada ratusan anak tangga yang harus dilewati untuk sampai ke Canopy Trail Gunung Halimun Salak paling atas. Selain berketinggian maksimal 25 meter, ada pula yang hanya 15 meter yang keduanya sama-sama melintasi aliran sungai kecil.

Ada beberapa aturan yang harus dipatuhi traveler saat naik. Yakni, kanopi ini hanya bisa mengakomodir maksimal 5 orang dengan jarak 5 meter per orangnya per shelter saat melintas.

"Selain itu, tidak boleh berlari atau melompat-lompat saat berada di atas shelter," jelas Arsa.

Adrenalin terpacu saat melangkahkan kaki pertama kali ke atas pijakan kayu Canopy Trail Gunung Halimun Salak. Angin yang lumayan kencang di ketinggian dengan perlahan membuat jalur kanopi bergoyang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar