Kamis, 27 Agustus 2020

Ada Klaster Corona di Perusahaan, Ini Dampaknya Jika Ditutup-tutupi

Sebanyak 238 karyawan terinfeksi virus Corona di pabrik LG di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Tentu, ini sudah menjadi kewajiban bagi pihak perusahaan untuk melaporkan karyawannya jika ada yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Namun, bagaimana dengan perusahaan yang mungkin saja sengaja menutup-nutupi jika ada karyawannya yang terjangkit COVID-19?

"Kalau 1-2 orang, kalau itu bukan klaster itu boleh saja. Tapi, kalau klaster dan terbukti ada penularan di perusahaan tersebut iya jangan ditutup-tutupi begitu akan bahaya dan harus diinvestigasi," kata Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, kepada detikcom, Rabu (26/8/2020).

Dalam wawancara terpisah, menurut dr Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), jika pihak perusahaan masih mampu mengatasi dan mencegah terjadinya penularan antar karyawan, maka kasus tersebut tidak perlu dibeberkan ke khalayak luas.

"Jadi COVID-19 di tempat kerja itu juga merupakan wilayahnya K3, jadi mestinya yang melakukan penanggulangan itu unit K3-nya dulu, jadi dilaporkannya ke K3. K3 ini jika mereka mampu melakukan penanggulangan di perusahaan tersebut nggak perlu juga di blow up," jelas dr Masdalina.

"Tapi, kalau sudah tidak mampu melakukan penanggulangan lagi seperti LG ya terpaksa tutup kan semuanya," lanjutnya.

Kata Pakar Soal Efek Samping yang Dirasakan Relawan Uji Vaksin COVID-19

Sejumlah relawan mengaku merasakan kantuk pada hari yang sama setelah menerima vaksin COVID-19 dari Sinovac. Ketua Tim Riset Vaksin dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) Kusnandi Rusmil mengatakan, rasa kantuk kemungkinan bukan berasal dari efek vaksinasi.
"Saya nggak tahu yang mengantuk itu dapat plasebo atau vaksin, kan bisa saja saya aja sering mengantuk. Kita enggak tahu dia dapat vaksin atau plasebo, makanya saya tidak bisa bilang itu efek dari vaksin," ucap Kusnandi saat ditemui di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Jalan Eyckman, Kota Bandung, Rabu (26/8/2020).

Pada umumnya, efek dari vaksin teramati melalui reaksi lokal seperti kemerahan atau bengkak pada bagian tubuh yang disuntik. "Kemerahannya dilihat, bengkaknya dikur. Setelah diukur bengkaknya itu enggak terlalu bengkak dan dalam beberapa jam hilang, jadi seperti kita nyuntik pada bayi saja," ujarnya.

"Habis disuntik merah, demam, terus udah deh anaknya main-main lagi. Memang barangkali kaya di Puskesmas habis disuntik badannya merah, tapi selama ini belum ditemukan," ucap Kusnandi melanjutkan.

Untuk memastikan itu, para peneliti mengontak relawan secara berkala. Sejauh ini, ujar guru besar Unpad itu, tidak ada temuan yang membuat subjek vaksin menjadi merah atau pun pingsan. Kendati begitu, andaikata ada masalah kesehatan pada relawan, akan dibuka datanya apakah relawan tersebut menerima vaksin atau plasebo.

"Jadi yang disebut Serious Adverse Event (SAE) kalau orang itu disuntik pingsan, kedua kalau dirawat di RS, begitu dia dirawat di RS itu langsung dibuka randomnya. Dilihat dia dapat vaksin atau tidak," katanya.

Sebelumnya, salah seorang relawan vaksin Fadly Barjadi Kusuma mengaku alami rasa kantuk setelah menerima dosis yang kedua, namun ia tak yakin jika rasa kantuk itu disebabkan karena vaksin. "Saya merasa ngantuk, ngantuknya lumayan. Pas (suntik) pertama hanya ngantuk biasa, tapi pas yang kedua kali ngantuk enggak kuat, karena vaksin mungkin," ucap Fadly saat ditemui.

Fadly merupakan deretan relawan vaksin yang pertama kali mendapatkan injeksi, penyuntikan yang pertama diterimanya berbarengan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke RSP Unpad pada 11 Agustus lalu. Selama dua minggu disuntik, Fadly tak merasakan gejala atau efek samping apapun.
https://kamumovie28.com/scooby-doo-and-the-legend-of-the-vampire/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar