Rabu, 26 Agustus 2020

Ternyata China Sudah Gunakan Vaksin Corona Eksperimental Sejak Juli

Pemerintah China dilaporkan telah memberikan vaksin virus Corona COVID-19 yang masih dalam tahap eksperimen kepada para tenaga medis dan penjaga perbatasan sejak Juli lalu.
Dikutip dari CNN, Direktur Pusat Pengembangan Sains dan Teknologi Komisi Kesehatan Nasional (NHC), Zheng Zhongwei, mengatakan vaksin ini telah disetujui dan digunakan pada 22 Juli. "Pemerintah mengizinkan penggunaan darurat vaksin pada 22 Juli," jelas Zheng.

Dalam program CCTV-2 Dialogue, Zheng menjelaskan orang-orang yang berisiko tinggi terpapar COVID-19, seperti tenaga medis, staf pencegahan epidemi, staf medis di klinik, dan staf bea cukai dan perbatasan berhak mendapatkan vaksin.

Vaksin Corona yang digunakan adalah vaksin yang dikembangkan oleh China National Biotech Group (CNBG) Sinopharm. Saat ini vaksin tersebut sedang dalam uji klinis fase 3 dan diuji di Uni Emirat Arab (UEA), Peru, Maroko, dan Argentina.

"Ada ketentuan yang jelas dalam Pasal 20 undang-undang vaksin di negara kita. Ketika insiden besar terkait kesehatan terjadi di masyarakat, Komisi Kesehatan Nasional (NHC) mengajukan permohonan untuk penggunaan vaksin darurat," kata Zheng.

"Badan Pengawas Obat dan Makanan pun telah mengatur para ahli untuk mengevaluasi dan menyetujui NHC menggunakan vaksin darurat dalam skala tertentu dan dalam waktu terbatas tertentu," tuturnya.

Kata Pakar Soal Efek Samping yang Dirasakan Relawan Uji Vaksin COVID-19

Sejumlah relawan mengaku merasakan kantuk pada hari yang sama setelah menerima vaksin COVID-19 dari Sinovac. Ketua Tim Riset Vaksin dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) Kusnandi Rusmil mengatakan, rasa kantuk kemungkinan bukan berasal dari efek vaksinasi.
"Saya nggak tahu yang mengantuk itu dapat plasebo atau vaksin, kan bisa saja saya aja sering mengantuk. Kita enggak tahu dia dapat vaksin atau plasebo, makanya saya tidak bisa bilang itu efek dari vaksin," ucap Kusnandi saat ditemui di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Jalan Eyckman, Kota Bandung, Rabu (26/8/2020).

Pada umumnya, efek dari vaksin teramati melalui reaksi lokal seperti kemerahan atau bengkak pada bagian tubuh yang disuntik. "Kemerahannya dilihat, bengkaknya dikur. Setelah diukur bengkaknya itu enggak terlalu bengkak dan dalam beberapa jam hilang, jadi seperti kita nyuntik pada bayi saja," ujarnya.

"Habis disuntik merah, demam, terus udah deh anaknya main-main lagi. Memang barangkali kaya di Puskesmas habis disuntik badannya merah, tapi selama ini belum ditemukan," ucap Kusnandi melanjutkan.

Untuk memastikan itu, para peneliti mengontak relawan secara berkala. Sejauh ini, ujar guru besar Unpad itu, tidak ada temuan yang membuat subjek vaksin menjadi merah atau pun pingsan. Kendati begitu, andaikata ada masalah kesehatan pada relawan, akan dibuka datanya apakah relawan tersebut menerima vaksin atau plasebo.

"Jadi yang disebut Serious Adverse Event (SAE) kalau orang itu disuntik pingsan, kedua kalau dirawat di RS, begitu dia dirawat di RS itu langsung dibuka randomnya. Dilihat dia dapat vaksin atau tidak," katanya.
https://nonton08.com/erotic-moves-directors-cut-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar