Rismawati Meliandini (20) kerap merasa tak percaya diri dengan berat badannya yang mencapai 83 kg. Risma mengaku beberapa kali diejek seperti ibu hamil, hingga akhirnya ia bertekad memangkas berat badan dengan diet.
Lewat media sosial Risma bercerita bagaimana ia pada akhirnya berhasil memangkas 21 kg bobot berat badan dalam waktu enam bulan. Banyak netizen memberikan respons positif yang mengaku ingin mengikuti diet Risma.
"Tips menu diet aku dari berat badan 83 sampai 65, aku bener-bener engga makan nasi. Aku makan sayur-sayuran rebus, kentang rebus, telur rebus, tahu, atau tempe," kata Risma pada detikcom beberapa waktu lalu.
Risma mengaku ia selama sebulan penuh hanya mengonsumsi makanan yang direbus tanpa pakai nasi. Menu favoritnya adalah daging ayam rebus yang ditambah sambal sebagai penyedap.
Nah, setelah berat badan aku 63 sampai sekarang di 61, aku kadang makan nasi. Seminggu bisa 3-4 kali dan porsinya ngga banyak-banyak," tambahnya.
Risma berpesan pada intinya adalah bagaimana seseorang bisa disiplin dengan program dietnya. Untuk mendapatkan hasil diet yang baik maka dibutuhkan konsistensi dan kesabaran.
"Pesan aku sih, don't give up. Semua engga ada yang instan dan semua butuh proses," pungkasnya.
https://kamumovie28.com/movies/the-lover/
Cerita Dokter Relawan Tangani COVID-19 di Wisma Atlet
Banyak cara untuk mengabdi bagi kemanusiaan di tengah pandemi ini. Salah satunya seperti yang dilakukan dr. Aulia Giffarinnisa. Panasnya baju dan perlengkapan APD yang membekap tubuhnya dan puasa yang harus dijalani saat bertugas, tidak membuatnya mundur dari pengabdian di garis depan penanganan COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Jakarta.
Awalnya, perempuan yang disapa Farin ini tidak mengantongi izin dari keluarganya. Pasalnya, korban jiwa dan kasus positif terus bertambah sejak kasus pertama diumumkan pemerintah secara resmi pada awal Maret 2020. Berperang dengan virus yang begitu cepat berpindah dan menginfeksi banyak orang membuat keluarga Farin ragu dengan keputusan yang diambil dokter yang pernah bertugas di daerah Sulawesi Selatan ini.
"Saya tidak menyerah dengan keinginan saya untuk mengabdikan diri, saya terus meyakinkan orang tua dan keluarga. Akhirnya izin dari orang tua saya keluar pada Agustus lalu dan mulai September saya bertugas di Wisma Atlet," kisahnya dalam keterangan tertulis, Minggu (6/12/2020).
Hal itu ia ungkapkan dalam Dialog Produktif yang mengangkat tema 'Berbakti untuk Kemanusiaan Tanpa Pamrih'. Dialog ini diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di Media Center KPCPEN, dalam rangka Hari Relawan Internasional pada 5 Desember.
Selama bertugas, banyak suka duka yang dihadapinya. Apalagi pada September lalu, saat tempat tidur di komplek Wisma Atlet hampir penuh.
"Awalnya takut, namun akhirnya cepat beradaptasi. Sistem kerja shift 8 jam namun karena memakai APD maka harus bersiap satu jam sebelumnya. Selama bertugas juga tidak boleh membuka APD jadi tidak boleh buang air dan terpaksa puasa," ceritanya.
Meski termasuk dokter muda dan dari daerah, Farin merasa aman dan nyaman selama melayani pasien. Dia juga tidak merasa berjarak dengan tenaga medis dan kesehatan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar