Kamis, 31 Desember 2020

Viral Aksi Nekat Ciuman di Kereta, Protes Pembatasan Corona-Klub Malam Tutup

 Corona di dunia masih terus mencatat peningkatan kasus. Nyaris dua juta orang meninggal akibat COVID-19 di dunia.

Namun, tampaknya masih banyak yang menyepelekan Corona. Seperti yang terjadi di Rusia, ada tiga puluh pasangan melepas masker mereka dan berciuman di kereta, hal ini tentu mengejutkan para penumpang lainnya.


Dikutip dari beragam sumber, aksi ini disebut-sebut sebagai bentuk protes pembatasan yang diterapkan di kota Yekaterinburg, Rusia, untuk memperlambat penyebaran kasus COVID-19. Sekelompok pasangan muda tersebut mengklaim aturan pembatasan terkait COVID-19 'tidak masuk akal' serta akan berimbas banyak pada industri hiburan dan perhotelan.


Aksi protes ini direkam oleh banyak orang dan dibagikan secara luas di media sosial. Menurut laporan E1RU, media setempat, pasangan yang berciuman, beberapa lama kemudian memakai masker mereka lagi dan menghilang ke kerumunan di stasiun Mashinostroiteley.


Disebutkan, aksinya ini ingin menyoroti pembatalan konser dan penutupan bar pada pukul 11 malam. Para aksi demo juga protes akan larangan menggunakan transportasi publik yang penuh dan sesak.


"Musisi berbicara menentang pembatasan COVID-19 yang tidak masuk akal karena virus dianggap berisiko lebih tinggi di konser dan di restoran setelah pukul 11 malam daripada di kereta bawah tanah yang ramai selama jam sibuk," para pengunjuk rasa dikutip dari Life.


Rusia bukan satu-satunya negara yang melarang kerumunan atau pertemuan besar di klub malam dan tempat umum lainnya. Meski begitu, para pengunjuk rasa mengaku aksinya ini tak bermaksud mengganggu pelayanan setempat.

https://movieon28.com/movies/ordinary-love/


Bugar dan Sehat, Remaja 18 Tahun Meninggal karena Corona Usai Dirawat 3 Hari


Meski dalam kondisi bugar dan sehat, remaja 18 tahun ini meninggal akibat COVID-19 usai tertular beberapa hari sebelum Natal. Perempuan asal Chicago, Amerika Serikat, ini mulanya hanya mengalami gejala ringan.

Sarah Simental kerap mengeluh sakit kepala dan sakit tenggorokan pada tanggal 16 Desember lalu. Namun, kondisinya terus memburuk hingga merasa sesak napas dan akhirnya dibawa ke rumah sakit setempat.


"Saya langsung berpikir ini adalah gejala COVID-19," kata Deborah Simental, sang ibu, dikutip dari NBC News.


Rabu dini hari, remaja ini dibawa ke Rumah Sakit Silver Cross setelah dia mulai mengalami nyeri di bahu kirinya. Saat berada di sana, kadar oksigennya turun dan Simental harus menggunakan ventilator serta dibawa ke unit perawatan intensif.


Karena protokol virus Corona, sang ibu tidak dapat melihat putrinya saat dia dirawat di RS, tetapi dia terus mengobrol dengan putrinya lewat telepon, meyakinkan semua akan baik-baik saja.


"Saya berkata, 'Ini akan baik-baik saja' dan dia tahu dia akan merindukan Natal, dia sangat menantikan Natal," curhatnya.


"Kata-kata terakhir yang dia katakan kepadaku adalah, 'Bu, ini akan baik-baik saja," kenang sang ibu.


Tepat pada malam Natal, sang ibu akhirnya bisa mengunjungi sang putri. Saat itu, putrinya tengah dibius dan dalam keadaan tak sadar.


"Saya hanya bisa berharap dia bisa mendengar saya saat saya berbicara dengannya," tuturnya.


Pada hari Natal, remaja berusia 18 tahun itu diterbangkan ke University of Chicago Medical Center, dan pada 26 Desember, dia meninggal dunia.


"Secepat itu," kenangnya.


"Tidak ada kondisi yang mendasari sama sekali. Dia adalah wanita muda berusia 18 tahun yang sangat sehat. Kami proaktif dengan kesehatan, kami semua mendapat vaksin flu dan tahu pentingnya karena saya selalu menekankannya dalam hal jarak sosial dan memastikan kami selalu memakai masker," lanjutnya.


Sang ibu merasa kepergian anaknya masih terlalu cepat. Ia bahkan masih belum bisa merelakan kepergian putrinya tersebut.


Menurut keterangan medis setempat, Simental meninggal karena gagal napas usai sebelumnya mengidap happy hypoxia akibat virus Corona.

https://movieon28.com/movies/breaking-the-waves/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar