- Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh British American Tobacco (BAT) dilaporkan mendapat izin uji klinis pada manusia oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Vaksin ini diketahui dibuat dengan memanfaatkan daun tembakau.
"Bisa melakukan uji klinis kandidat vaksin COVID-19 dan flu musiman kami pada manusia merupakan suatu titik kemajuan yang signifikan," kata Direktur Penelitian BAT, David O'Reilly, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/12/2020).
"Kami bangga bisa ikut berpartisipasi dalam usaha global melawan virus ini dan harapannya dapat berkontribusi memberikan solusi," lanjutnya.
Uji klinis vaksin COVID-19 ini akan dimulai secepatnya dan diprediksi selesai pertengahan 2021. BAT mengklaim bisa saja menghasilkan 1-3 juta dosis vaksin dalam seminggu bila mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan elemen lainnya.
Dikutip dari situs resmi BAT, vaksin COVID-19 yang dikembangkan menggunakan tembakau untuk memproduksi antigen. Metode memanfaatkan tumbuhan ini disebut membuat vaksin jadi lebih mudah untuk diproduksi secara massal dan disimpan dalam suhu ruangan.
https://tendabiru21.net/movies/doa-dead-or-alive/
PR yang Harus Diselesaikan Agar Vaksinasi COVID-19 Sukses di Indonesia
Vaksin CoronaCOVID-19 disebut akan diberikan secara gratis untuk seluruh masyarakat Indonesia. Kabar gembira ini disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Rabu (16/12/2020).
"Setelah menerima banyak masukan masyarakat dan melakukan kalkulasi ulang, melakukan perhitungan ulang mengenai keuangan negara, dapat saya sampaikan bahwa vaksin COVID-19 untuk masyarakat adalah gratis," kata Presiden Jokowi lewat YouTube Sekretariat Kepresidenan.
Pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, mengapresiasi keputusan pemerintah tersebut. Namun, menurutnya masih ada kendala yang harus dilalui dalam penanganan wabah Corona di Indonesia meski vaksinasi COVID-19 sudah digratiskan.
"Ini saya apresiasi, tapi harus diingat lagi bahwa tantangannya itu akan ada di testing tracing itu juga. Jadi kalau tidak ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya itu akan berpengaruh pada keberhasilan vaksinasi," kata Dicky saat dihubungi detikcom, Rabu (16/12/2020).
Pasalnya, kata Dicky, penerapan testing dan tracing COVID-19 di Indonesia masih belum juga memadai hingga saat ini. Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah rencana jangka panjang dari program vaksinasi COVID-19.
"Vaksin ini kedudukannya mau di jangka menengah atau jangka panjang dan mau seperti apa nanti prioritasnya? Bagaimana kriteria wilayahnya? Kriterianya harus jelas, karena ada kriteria epidemiologinya dilihat dari tes positivity rate," jelasnya.
Dicky menjelaskan vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech yang saat ini tersedia di Indonesia hanya diperuntukkan untuk kelompok usia 19-59 tahun.
Maka dari itu, Dicky meminta kepada pemerintah untuk menyusun strategi vaksinasi COVID-19 yang jauh lebih matang. Misalnya, bagaimana program vaksinasi COVID-19 pada usia di bawah 19 tahun dan di atas 59 tahun nantinya?
Terakhir, Dicky juga mengingatkan agar tidak sembarangan dalam memberikan vaksin Corona. Pasalnya, ini akan berpengaruh dalam pengendalian COVID-19.
"Misalnya di Bekasi pada kelompok usia 19-59 tahun vaksin A, kemudian di bawah 19 tahun vaksin B, di atas 59 tahun vaksin C. Tapi tidak boleh, misalnya, dalam kelompok usia yang sama misalnya 19-59 tahun divaksin A, B, C, itu nggak boleh, bisa berbahaya karena tidak bisa dikontrol pemantauannya. Ini hal-hal yang harus ada dalam strategi pusat," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar