Minggu, 05 Juli 2020

Ada di 50 Negara, WHO Naikkan Risiko Penyebaran COVID-19 ke Level Tertinggi

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menaikkan risiko penyebaran virus corona COVID-19 di level tertinggi. Meski demikian PBB mengatakan masih ada kemungkinan pemutusan rantai penularan virus.
"Kita berada pada tingkat siaga tertinggi atau tingkat penilaian risiko tertinggi dalam hal penyebaran dan dalam dampak," kata Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adnahom, mengatakan peningkatan jumlah kasus yang terus-menerus dan jumlah negara yang terkena dampak selama beberapa hari terakhir jelas mengkhawatirkan.

"Ahli epidemiologi telah memantau perkembangan secara terus menerus dan kami sekarang telah meningkatkan penilaian terhadap risiko penyebaran dan risiko dampak COVID-19 hingga sangat tinggi di tingkat global," tuturnya dikutip dari United Nation.

Meskipun masih belum dianggap sebagai pandemi, sekitar selusin negara telah melaporkan kasus pertama virus ini selama beberapa hari terakhir. Lebih dari 50 negara kini telah melaporkan kasus coronavirus. Islandia, Nigeria, Meksiko, Selandia Baru, Belarus, dan Belanda semuanya melaporkan kasus pertama mereka.

Lebih dari 83.000 orang di seluruh dunia memiliki virus, meskipun sebagian besar kasus masih di China. Lebih dari 2.800 orang telah meninggal karena penyakit COVID-19.

Viral 136 Pasien RI dalam Pengawasan Virus Corona, Ini Faktanya

Di media sosial viral pesan menyebut 136 pasien dalam pengawasan virus corona. Tertulis juga bahwa pasien pengawasan terbanyak virus corona terbanyak di DKI Jakarta.
"Astagfirullah BIKIN KAGET! Ada 136 Pasien dalam Pengawasan Virus Corona di #Indonesia - DKI Jakarta 35 orang, Bali 21 orang, Jateng 13 Orang, Kepri 11 orang, Jabar 9 orang, Jatim 10 orang, Banten 5 oang, Sulut 6 orang, Jogya 6 orang, Kaltim 3 orang," cuit akun Twitter @fahiraidris yang juga anggota DPD RI.

Menanggapi, Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes menyebut pasien dalam pengawasan bukan pasien positif virus corona. Ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk menentukan seseorang positif Covid-19 atau tidak.

"Data dari mana sih itu? Karena data dari Litbangkes yang pertama kali mengeluarkan itu saya. saya malah bingung sendiri data dari mana," katanya kepada detikcom, Sabtu (29/2/2020).

Sebelum menjadi pasien dalam pengawasan, seluruh orang yang datang dari negara yang mengonfirmasi adanya kasus positif virus corona di daerahnya kemudian datang ke Indonesia, misalnya pendatang dari Korea Selatan, Jepang, atau Malaysia, baik WNI atau WN asing, disebut orang dalam pemantauan.

Jika orang dalam pemantauan menjadi sakit yang mengarah pada gejala virus corona, maka statusnya menjadi pasien dalam pengawasan. Setelah itu, pasien dalam pengawasan akan menjalani tes spesimen atau pemeriksaan laboratorium untuk menentukan apakah dirinya terjangkit virus atau tidak.

Hingga kini, seluruh pasien dalam pengawasan dipastikan negatif virus corona Covid-19.

"Takutnya, itu data lama sebelum 143 yang dianggap semuanya dicurigai corona. Sekarang 143 semua negatif, spesimen dikirim dari 44 RS di 22 Provinsi," tuturnya.

Selain itu, ia juga mengimbau agar masyarakat tidak gampang percaya berita yang tak jelas asal-usulnya. Sejauh ini, Kemenkes menyebut terus melakukan upaya cegah tangkal Covid-19 di seluruh pintu masuk negara yang berjulah 135 baik yang dari darat, laut, maupun udara, termasuk sumber daya manusia dan peralatan.
https://nonton08.com/zero-no-tsukaima-s2-episode-12/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar