Minggu, 05 Juli 2020

Viral 136 Pasien RI dalam Pengawasan Virus Corona, Ini Faktanya

Di media sosial viral pesan menyebut 136 pasien dalam pengawasan virus corona. Tertulis juga bahwa pasien pengawasan terbanyak virus corona terbanyak di DKI Jakarta.
"Astagfirullah BIKIN KAGET! Ada 136 Pasien dalam Pengawasan Virus Corona di #Indonesia - DKI Jakarta 35 orang, Bali 21 orang, Jateng 13 Orang, Kepri 11 orang, Jabar 9 orang, Jatim 10 orang, Banten 5 oang, Sulut 6 orang, Jogya 6 orang, Kaltim 3 orang," cuit akun Twitter @fahiraidris yang juga anggota DPD RI.

Menanggapi, Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes menyebut pasien dalam pengawasan bukan pasien positif virus corona. Ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk menentukan seseorang positif Covid-19 atau tidak.

"Data dari mana sih itu? Karena data dari Litbangkes yang pertama kali mengeluarkan itu saya. saya malah bingung sendiri data dari mana," katanya kepada detikcom, Sabtu (29/2/2020).

Sebelum menjadi pasien dalam pengawasan, seluruh orang yang datang dari negara yang mengonfirmasi adanya kasus positif virus corona di daerahnya kemudian datang ke Indonesia, misalnya pendatang dari Korea Selatan, Jepang, atau Malaysia, baik WNI atau WN asing, disebut orang dalam pemantauan.

Jika orang dalam pemantauan menjadi sakit yang mengarah pada gejala virus corona, maka statusnya menjadi pasien dalam pengawasan. Setelah itu, pasien dalam pengawasan akan menjalani tes spesimen atau pemeriksaan laboratorium untuk menentukan apakah dirinya terjangkit virus atau tidak.

Hingga kini, seluruh pasien dalam pengawasan dipastikan negatif virus corona Covid-19.

"Takutnya, itu data lama sebelum 143 yang dianggap semuanya dicurigai corona. Sekarang 143 semua negatif, spesimen dikirim dari 44 RS di 22 Provinsi," tuturnya.

Selain itu, ia juga mengimbau agar masyarakat tidak gampang percaya berita yang tak jelas asal-usulnya. Sejauh ini, Kemenkes menyebut terus melakukan upaya cegah tangkal Covid-19 di seluruh pintu masuk negara yang berjulah 135 baik yang dari darat, laut, maupun udara, termasuk sumber daya manusia dan peralatan.

Ini yang Harus Diperhatikan untuk Produksi Obat Herbal

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk menggelar seminar herbal ke-46 di Universtias Swadaya Gunung Jati (Unswagati), Cirebon. Seminar ini membahas mengenai pemanfaatan tanaman herbal untuk menggali potensinya bagi kesehatan.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM RI, Dra. Rr. Mayagustina Andarini mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memproduksi obat herbal.

"Dalam pengawasan obat tradisional, para produsen harus memiliki 11 aspek dalam pembuatan obat tradisional, di antaranya kebersihan pada saat produksi dan perlengkapan produksi yang layak," ujar Dr Mayagustina di Unswagati, Cirebon, Sabtu (29/2/2020).

Menurut Dr Mayagustina untuk aspek pembuatan obat herbal ini prosesnya dari hulu ke hilir bisa melibatkan berbagai pihak termasuk Kementerian Pertanian, dalam proses pembibitannya. Hal ini dimaksudkan untuk menggali kualitas obat herbal tersebut.

"Pembuatan obat herbal itu dari hulu ke hilir kita tidak bisa sendiri sendiri, artinya Kementerian Pertanian juga harus dimulai pembibitannya harus bagus, kemudian cara budi daya nya juga, dan kultivasi panennya itu harus step step yang bagus sesuatu standar," terang dia.

"Kemudian ada simplycia-nya sampai jadi produk perdagangan pun kita harus perhatikan, semua bisa dilihat di JDIH BPOM, itu ada produk regulasi, kemudian ada standar mutu disitu ada semua," imbuhnya.

Ia menambahkan dalam hal ini Sido Muncul telah memenuhi semua aspek yang diharuskan dari hulu ke hilir, termasuk tempat produksi, gudang, serta pengemasan tidak berada dalam satu ruangan.Namun, aspek yang sudah terpenuhi harus dipertahankan dalam memproduksi obat herbal atau tradisional ini.

Sementara itu, Direktur Sidomuncul Irwan Hidayat mengatakan seminar ini dilakukan sebagai upaya untuk mendorong wawasan akademisi maupun mahasiswa di dunia kedokteran untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah, sehingga Indonesia bisa sehat dan tidak bergantung pada obat modern.

"Melalui seminar herbal seperti ini kami berharap akademisi kedokteran terdorong untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah. Tidak hanya bergantung kepada obat modern yang berbasis kimia," terang Irwan.
https://nonton08.com/zero-no-tsukaima-s2-episode-13/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar