Senin, 20 Juli 2020

Gugatan WhatsApp ke Perusahaan Mata-mata Israel Masih Berlanjut

Gugatan WhatsApp terhadap NSO Group, perusahaan Israel yang membuat spyware Pegasus, bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
Putusan ini keluarkan Hakim Phyllis Hamilton di pengadilan distrik California, AS, yang menyebut ia tak bisa menerima argumen pembelaan NSO terkait peretasan pengguna WhatsApp yang dilakukan oleh Pegasus.

Dalam argumen tersebut, NSO mengaku bahwa mereka tak bertanggung jawab atas peretasan pengguna WhatsApp yang menggunakan software bikinan mereka. Namun menurut Hakim Hamilton, NSO tetap bertanggung jawab atas peretasan tersebut meskipun mereka berada di bawah perintah konsumennya.

Dalam gugatan awalnya, WhatsApp mengklaim ada 1.400 penggunanya yang dikirimi malware oleh NSO dalam rentang waktu dua minggu. Para korbannya bermacam, dari jurnalis di India, politisi di Spanyol, sampai aktivis kemanusiaan di Maroko.

"Keputusan ini membuat WhatsApp bisa meminta dokumen yang relevan serta bermacam informasi terkait praktik NSO," ujar Juru Bicara WhatsApp, demikian dikutip detikINET dari Guardian, Senin (20/7/2020).

NSO, dalam pembelaannya, menyebut mereka hanya menjual spyware ke pemerintahan dan penegak hukum untuk mencari teroris dan pelaku kriminal. Mereka merasa bahwa praktiknya ini ditujukan untuk memberi solusi untuk masalah yang dihadapi oleh penegak hukum di seluruh dunia.

Yaitu sistem komunikasi terenkripsi seperti yang diterapkan WhatsApp membuat teroris serta pelaku kriminal bisa melenggang bebas di dunia maya.

"Tim hukum kami tengah meninjau putusan pengadilan, jadi kami belum bisa berkomentar mengenai hal ini. Teknologi kami dipakai untuk menyelamatkan nyawa manusia dan menghindari teror serta kejahatan di seluruh dunia, dan kami masih yakin kalau apa yang kami lakukan berada di dalam koridor hukum," tulis NSO Group dalam pernyataannya.

Ikan 'Bertangan' Super Langka Dinyatakan Punah

Spesies ikan 'bertangan' ini memang sangat unik, di mana ia seolah punya tangan untuk berjalan di dasar air, mata menonjol, serta sirip berbentuk mohawk di kepalanya. Disebut sebagai smooth handfish atau nama ilmiahnya Sympterichthys unipennis, sayangnya ia dinyatakan punah.
Belum lama ini, lembaga International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan ikan tersebut sudah tidak eksis lagi, menjadi spesies ikan pertama yang punah dalam catatan dunia modern.

Sekitar 200 tahun silam, ikan bertangan ini cukup banyak berkeliaran di Tasmania, Australia, dan menjadi salah satu spesies ikan yang didokumentasikan secara ilmiah. Tahun 1802, ilmuwan Prancis, Francois Peron, mengambil spesimen pertamanya.

Waktu berlalu, spesimen dari Peron itu menjadi satu-satunya peninggalan yang bisa dipelajari. Dikutip detikiNET dari Live Science, meskipun sudah disurvei secara insentif di lautan Australia, ikan ini tidak pernah terlihat lagi selama 200 tahun.

Dengan punahnya Sympterichthys unipennis, maka tinggal 13 spesies ikan bertangan lain yang masih hidup. Semuanya sekarang kategorinya sangat langka. Bahkan spesies handfish merah (Thymichthys politus), dilaporkan hanya tinggal 20 sampai 40 individu di 2018.
https://kamumovie28.com/death-note-episode-34/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar