Kamis, 06 Agustus 2020

Terapi Bipolar Haruskah Dilakukan di Tempat yang Sepi?

Ramai diperbincangkan di media sosial terkait selebgram yang meragukan seseorang yang selama ini dikenal sebagai psikolog. Tersebar juga sebuah tangkapan layar yang memperlihatkan sebuah percakapan yang tengah mengajak terapi bipolar di sebuah kamar hotel. Sebenarnya tempat khusus seperti apa ya untuk melakukan terapi bipolar?
Veronica Adesla, psikolog klinis dari Personal Growth, menjelaskan jika tempat terapi bipolar harus memiliki ketentuan-ketentuan khusus. Menurutnya, ada beberapa kriteria yang menjadikan tempat itu ideal.

"Kalau misalnya psikoterapi, kalau dilakukan pada saat diajarkan atau dilakukan oleh profesional ya harus dilakukan di tempat yang khusus. Iya dalam arti ada syarat-syarat, dan kemudian ada satu tempat yang bisa dijadikan tempat yg ideal untuk melakukan psikoterapi," jelasnya saat dihubungi detikcom Kamis (14/2/2020).

Menurutnya, salah satu kriterianya adalah jauh dari keramaian. Alasannya, pasien harus benar-benar fokus dalam melakukan terapi.

"Misalnya jauh dari keramaian, kalau nggak kan nanti nggak bisa fokus. Kemudian tempatnya harus nyaman, gitu, jadi orangnya ketika diajarkan juga bisa terbuka dan masuk mencerna pelajarannya, dan pengajarannya dengan baik," katanya.

Namun apakah itu berarti bisa dilakukan di kamar hotel?

"Hotel means room meeting atau room hotel? (Kalau room hotel) Tidak profesional mbak, terapi dilakukan di tempat dengan settingan yang disesuaikan dan tentunya tempat yang memang proper," tegasnya.

Hari Valentine, 'Lord' Didi Kempot Punya Pesan Buat Sobat Ambyar

- Hari Valentine atau hari kasih sayang diperingati tiap tanggal 14 Februari. Di momen kebanyakan pasangan merayakannya dengan jalan, nonton, makan bareng atau saling memberi hadiah.
Tapi nggak sedikit juga yang galau di hari Valentine. Entah nggak bisa ngerayain karena baru saja putus atau sudah lama menjomblo. Tapi tenang ada tips nih dari Didi Kempot, Godfather of Broken Heart, biar sobat ambyar nggak galau di hari Valentine.

"Walah valentine ya, sobat ambyar jangan galau lah. Yang punya pasangan jangan dipamer-pamerkan lah kepada yang galau. Kalau lagi galau ya mikir positif aja," katanya saat dijumpai di kantor BNN, Jakarta Selatan, Jumat (14/2/2020).

Sedih boleh, galau tak dilarang. Tapi jangan berlarut-larut ya. Terlalu banyak memikirkan mantan tak baik untuk kesehatan mentalmu lho. Ingat, nggak punya pasangan bukan berarti akhir dunia.

"Kalau liat orang pacaran, ingat saja masa lalu bahwa kamu juga pernah ngalamin itu," pungkas Didi.

Dedy Susanto Bukan Psikolog Meski Gelarnya 'Doktor Psikologi', Ini Bedanya

 Selebgram Revina VT mengungkap sisi gelap 'doktor psikologi' Dedy Susanto. Dalam klarifikasinya, Dedy menjelaskan dirinya memang bukan psikolog meski memiliki gelar S1 dan S3 di bidang psikologi.
"Saya memang bergelar S1 dan S3 psikologi. Di bio saya cantumkan gelar S3 psikologi saya dengan 'Doktor Psikolgi'. Apakah salah saya mencantumkan Doktor Psikologi? Saya baru salah kalau saya cantumkan Dedy Susanto, S.Psi, M.Psi (psikologi)," tulis Dedy di Instagramnya.

Kepada detikcom, Dr Nilam Widyarini, dari Universitas Gunadharma menjelaskan bahwa memang ada syarat tertentu untuk bisa disebut psikolog. Jadi, lulusan psikologi tidak serta merta 'berhak' menyandang gelar psikolog.

"Psikolog klinis di Indonesia adalah lulusan pendidikan S2 profesi psikologi dengan kekhususan minat bidang klinis," jelasnya saat dihubungi detikcom, Kamis (14/2/2020).

Ia menjelaskan sebagian psikoterapi biasanya juga berprofesi sebagai psikolog klinis. Jika berprofesi sebagai psikoterapi, psikolog tersebut seharusnya sudah memegang sertifikat psikoterapi.

"Psikoterapis, adalah orang yang berprofesi menangani masalah-masalah (gangguan) psikologis menggunakan pendekatan terapi psikologi. Psikoterapis biasanya juga psikolog klinis, atau psikolog yang telah memegang sertifikat (brevet) psikoterapis. Psikoterapis mestinya bisa menangani bipolar," tambahnya.
https://nonton08.com/octavio-is-dead/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar