Indonesia sudah menerima 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 dari Sinovac Biotech, beberapa hari lalu. Rencananya beberapa juta dosis lagi akan menyusul secara bertahap dalam bentuk vaksin jadi atau bahan bakunya.
Terkait hal tersebut, sebagian pihak mempertanyakan efektivitas vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech. Memang hingga saat ini diketahui belum ada laporan resmi dari hasil uji klinis yang menyebut angka efektivitas vaksin COVID-19 Sinovac.
Laporan uji klinis I dan II Vaksin COVID-19 Sinovac yang dipublikasi di Jurnal The Lancet hanya menyebut "vaksin bisa digunakan untuk kondisi darurat".
"Sudah pernah nggak dipakai di negara lain? Maksud saya di negara mana yang sudah berhasil? Supaya kejadian pasca imunisasi bisa dibandingkan juga itu dengan negara lainnya," tanya anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay dari Fraksi PAN, dalam rapat bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto, Kamis (11/12/2020).
"Apakah sudah berhasil di negara China sendiri?" tanyanya lagi.
Menkes Terawan menjawab bahwa vaksin COVID-19 Sinovac masih menjalani uji klinis tingkat III. Oleh karena itu efektivitasnya juga belum bisa dipastikan.
Menkes Terawan menegaskan bahwa vaksin COVID-19 Sinovac tidak berarti akan langsung dipakai di Indonesia. Penggunaannya masih menunggu izin darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menilai untung rugi vaksin dari data yang ada.
"Nah di dunia yang baru keluar EUA, baru Pfizer kemarin yang baru disuntik, yang baru saja, yang lain belum pernah ada, vaksinasi belum ada pak. Kalau ada ribuan orang dikerjakan itu masih dalam kapasitas uji klinis 3 yang dilebarkan mau berapa pasiennya," kata Terawan.
https://cinemamovie28.com/movies/perjanjian-dengan-iblis/
Komite FDA Rekomendasikan Izin Darurat Vaksin COVID-19 Pfizer
Komite penasihat Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada hari Kamis (10/12/2020), merekomendasikan penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech.
Rekomendasi bukan berarti program vaksinasi bisa segera dilaksanakan. Pada akhirnya FDA yang akan menentukan apakah rekomendasi tersebut diterima, namun menurut CNN sejauh ini ada sinyal kuat EUA akan diberikan.
Ini artinya Amerika Serikat (AS) bisa jadi negara berikutnya setelah Inggris yang menjalankan program resmi vaksinasi massal dengan vaksin COVID-19 Pfizer. Inggris mulai pekan ini sudah memberi suntikan vaksin COVID-19 usai mendapat EUA dari Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA).
Hanya saja MHRA memberi peringatan, melarang orang-orang yang memiliki riwayat alergi parah menerima suntikan vaksin. Ini menyusul kabar ada dua tenaga medis yang mengalami reaksi alergi berat setelah divaksin.
"Setiap orang dengan riwayat anafilaksis terhadap vaksin, obat-obatan, atau makanan tidak boleh menerima vaksin Pfizer BioNTech," kata kepala MHRA, June Raine, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (11/12/2020).
Sebelumnya diberitakan juga regulator kesehatan di Kanada, Health Canada, telah memberikan EUA untuk vaksin COVID-19 Pfizer. Rencananya Kanada akan mulai menjalankan vaksinasi pekan depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar