Sabtu, 18 Juli 2020

Kemenkes RI: SARS-CoV-2 yang Diidap WN Jepang Bentuk Mutasi COVID-19

WN Jepang dikabarkan positif virus corona COVID-19 sepulang dari Indonesia. Pria Jepang berusia 60 tahun itu dikabarkan berkunjung ke Indonesia untuk berlibur bersama keluarganya.
Kementerian Kesehatan RI menyebut mendapat laporan dari otoritas Jepang bahwa hasil diagnosa menunjukkan pasien terinfeksi SARS-CoV2. Lalu, apakah berbeda dengan COVID-19?

"Ada hal yang mendasar yang kami terima dari para pakar. SARS-CoV2 ini penyebab COVID-19 seperti yang ditulis oleh WHO, tapi para pendapat lainnya mengatakan ini (SARS-CoV2) adalah bentuk mutasi dari covid-19 yang ditengarai menjadi jinak dengan tanda-tanda minimal," jelas Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dr Achmad Yurianto kepada media melalui sambungan telepon di Kantor Kemenkes RI, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, (25/2/2020).

Saat ini virus corona COVID-19 dikabarkan telah bermutasi. Banyak pasien yang terinfeksi hanya menunjukkan gejala minimal bahkan tak bergejala atau asimtomatik.

"Kalau mau dibedakan silahkan dibedakan tapi kami punya referensi. Kami tidak akan memperdebatkan nama tetapi survailans kita lakukan, tracing dilakukan. Itu yang lebih penting," tuturnya.

Hingga kini berdasarkan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Bali tidak nampak adanya penambahan kasus pneumonia yang dicurigai kontak dengan pasien. Beberapa saat lalu, Kemenkes mendapat laporan dari Jepang keluarga yang bersama denhgan pasien tidak mengalami keluhan.

Sarkopenia Intai di Usia Lanjut, Ini Cara Pencegahannya

Lanjut usia (Lansia) merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia akan mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental.
"Orang lanjut usia umumnya memiliki beberapa penyakit kronis atau menahun, gejala penyakitnya tidak khas, fungsi organ yang menurun, tingkat kemandirian berkurang, dan sering disertai masalah nutrisi. Karena alasan tersebut maka memerlukan perhatian khusus," ujar Medical Marketing Manager Kalbe Nutritionals dr Adeline Devita kepada detikHealth, baru-baru ini.

Saat memasuki usia di atas 60 tahun biasanya orang mengalami penurunan fisik yang signifikan sehingga mereka cenderung tidak bisa bergerak leluasa layaknya saat masih muda. Salah satu masalahnya adalah mudah jatuh yang disebabkan adanya penurunan fungsi otot atau biasa disebut sarkopenia.

"Sarkopenia adalah suatu kondisi degenerasi otot seiring bertambahnya usia. Sarkopenia terjadi karena adanya bentrok antara sinyal anabolisme (pembentukan) dan katabolisme (penghancuran) sel otot. Akibatnya, ada lebih banyak sel otot yang dihancurkan daripada yang dibentuk baru," jelasnya.

Menurut dr Adeline, efek atau gejala sarkopenia sulit dikenali orang lain. Tetapi penderita sarkopenia biasanya mengalami kelemahan tubuh yang meningkat sering berjalannya waktu, berkurang kekuatan genggaman tangan, berkurangnya stamina, bergerak lebih lambat, kehilangan motivasi untuk bergerak, serta hilangnya berat badan tanpa sebab jelas.

"Seseorang yang terkena sarkopenia biasanya mengalami penurunan kekuatan yang mempengaruhi gaya dan keseimbangannya saat berjalan hingga rentan terjatuh, sehingga meningkatkan resiko terjadinya patah tulang. Tak hanya itu, orang tersebut juga sulit menaiki tangga dan mengangkat barang," ujar dr Adeline.

Lebih lanjut dr Adeline menjelaskan sarkopenia adalah kondisi yang umum terjadi di usia senja. Anda dapat kehilangan hingga 2% dari kekuatan otot tiap tahunnya setelah berusia 50 tahun per tahunnya.
https://cinemamovie28.com/zero-no-tsukaima-s1-episode-4/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar