Kamis, 13 Agustus 2020

Istri Dijauhi karena Pakai Seragam Perawat, Suami Bela dengan Cara Manis

Meluasnya wabah penyakit COVID-19 akibat dari virus corona tidak hanya berdampak pada ketersediaan masker hingga kota yang sepi karena masyarakatnya ketakutan. Para petugas medis juga terkena dampaknya.
Banyak orang yang mulai menghindari petugas medis seperti perawat yang berjalan dengan seragam khasnya. Mereka takut bisa terinfeksi karena pakaian yang dipakainya.

Salah satu contohnya dialami seorang perawat bernama Peng Cheng Yu. Suaminya, Yeo Yeu Ann, di akun Facebooknya membagikan pengalaman sang istri yang dijauhi orang lain saat menggunakan transportasi umum. Para penumpang lain takut tertular perawat yang mereka asumsikan sudah positif mengidap COVID-19 itu.

"Dia memperhatikan orang-orang di sekitar yang menjauhinya karena seragam kerja yang dipakai. Bukannya marah, istriku malah khawatir dan berpikir untuk mengganti pakaiannya sebelum naik kereta. Dia sangat memperhatikan lingkungannya," tulis Yeo Yeu Ann.

Dikutip dari World of Buzz, untuk menghiburnya ia menggenggam tangan di depan umum saat istrinya memakai seragam perawat. Ia ingin membuktikan, bahwa ia bangga terhadap istrinya yang perawat dan merasa aman saat berada di dekatnya.

Dia juga memberikan pesan khusus pada orang-orang yang merasa takut tertular virus corona saat berada di dekat dokter, perawat, maupun petugas medis lainnya saat mereka menggunakan seragam.

"Dengar, jangan bodoh. Perawat dan dokter sangat hati-hati dalam menjaga kebersihannya dan rajin mencuci tangan. Jangan jauhi mereka seperti ini. Untuk kalian yang memiliki pacar, istri, atau suami yang menjadi petugas medis, tetap dukung, hormati, dan cintai mereka," tegasnya.

"Pegang tangan mereka saat di depan umum dan tegaskan pekerjaan mereka lah yang telah membantu banyak orang lolos dari wabah penyakit itu, bukan mereka yang malah menyebabkannya," imbuhnya.

Benarkah Flu Biasa Lebih Mematikan dari Virus Corona COVID-19?

 Virus corona baru COVID-19 dilaporkan sudah memakan korban lebih dari 1.000 orang. Di sisi lain, flu atau influenza juga menjadi perhatian karena angka kematiannya tidak kalah tinggi.
Diperkirakan flu menyerang sekitar 19 juta orang, 180.000 dirawat di rumah sakit, 10.000 di antaranya meninggal dunia, tiap tahun. Demikian data dari Centers for Disease Control (CDC) di Amerika Serikat.

Prof David H Muljono, dr, SpPD, FINASIM, PhD, peneliti senior LBM Eijkman, menjelaskan perbandingan tingkat bahaya antara virus corona jenis baru yaitu COVID-19 dengan flu biasa.

"Kalau soal bahayanya, itu tergantung pada berapa jumlah inokulasi (masuknya virus). Lalu sempat nggak dia kena, berkembangnya bagaimana cepatnya," katanya saat ditemui di Auditorium Sitoplasma, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Jakarta Pusat, Rabu (12/2/2020).

Menurutnya, seberapa bahaya virus yang menyebar dihadapkan pada pencegahan yang dilakukan masing-masing orang. Jika kita cenderung menjauhi virus dengan melakukan proteksi diri yang cukup, maka penyebarannya pun tidak akan semakin meluas.

Diberitakan sebelumnya, menurut CDC gejala-gejala flu yang umum adalah demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit otot, sakit kepala, pilek atau hidung tersumbat, kelelahan dan bahkan hingga muntah atau diare, gejala flu sering muncul tiba-tiba. Kebanyakan orang yang terkena flu akan sembuh dalam waktu kurang dari dua minggu, tapi pada beberapa orang, flu juga bisa menyebabkan komplikasi, termasuk pneumonia.

Sedangkan virus corona memiliki gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. Namun menurut World Health Organization (WHO), kedua virus ini memiliki gejala yang hampir sama. Hal ini membuat sulit untuk membedakan kedua virus tersebut hanya berdasarkan gejalanya saja.
https://cinemamovie28.com/youth-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar