Kematian seorang gadis berusia 12 tahun di Probolinggo beberapa waktu lalu jadi perbincangan karena hidup lagi saat jenazahnya hendak dimandikan.
Gadis tersebut dikabarkan meninggal dengan diagnosis penyakit diabetes dan komplikasi. Namun, saat gadis tersebut dimandikan, jantungnya kembali berdetak dan membuat kaget kerabat yang memandikannya.
Hingga akhirnya tim medis pun datang untuk memberi bantuan oksigen dan pernapasan. Namun setelah satu jam mendapat perawatan dari tim medis, gadis tersebut kembali meninggal dunia.
Meski kasus ini terbilang langka, fenomena 'bangkit' lagi dari kasus kematian sebenarnya bukan hal asing dalam dunia medis. Ada banyak kemungkinan penyebabnya, salah satunya adalah terkait lazarus syndrome. Bagaimana fakta terkait kasus tersebut?
Dia belum tentu meninggal
Menurut ahli bedah saraf dari Mayapada Hospital, dr Roslan Yusni Hasan, SpBS, dalam banyak kasus seseorang sebenarnya belum benar-benar meninggal.
"Sebetulnya itu belum mati disangka mati aja," jelas dr Ryu, demikian sapaan akrabnya, saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.
Lalu kapan seseorang bisa dipastikan meninggal?
Menurut dr Ryu, seseorang bisa dikatakan sudah meninggal dunia jika tidak ada lagi aktivitas yang terekam dalam electroencephalography (EEG), yang merupakan alat untuk mempelajari gambar dari rekaman aktivitas listrik pada otak.
"Oh kalau misalkan kalau direkam dengan EEG sudah tidak ada lagi aktivitas di otaknya. Jadi konfirmasinya itu dengan EEG, jadi sudah tidak ada lagi aktivitas di otak, baru itu disebut meninggal meskipun misalkan denyut jantungnya masih ada," tambah dr Ryu.
dr Ryu memastikan meskipun denyut jantung seseorang masih berdetak, jika sudah tidak ada lagi aktivitas pada otak, orang tersebut bisa dipastikan sudah meninggal.
"Tapi pada umumnya kita usah tidak mendengar detak jantung dan napasnya sudah nggak ada kan kita sebut mati," lanjut dr Ryu.
Seberapa umum sih fenomena lazarus syndrome terjadi?
Dihubungi terpisah, ahli jantung dr Vito A Damay, SpJP(K), dari Siloam Hospitals Lippo Village menggambarkan fenomena tersebut jarang terjadi.
"Kondisi ini pernah dilaporkan di jurnal ilmiah dan jumlahnya tidak lebih dari 100 kasus, hanya sekitar 50-an kasus di dunia," ungkap dr Vito saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.
Waduh! Tanaman Beracun Oleander Diusulkan Jadi Obat Corona di AS
Pemimpin perusahaan bantal sekaligus donatur Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Mike Lindell, merekomendasikan senyawa oliandrin sebagai obat virus Corona COVID-19. Mike mengaku reaksi Trump cukup antusias ketika tahu senyawa yang diambil dari tumbuhan oleander bisa jadi obat.
"Obat ini bekerja, benar-benar keajaiban sepanjang waktu," kata Mike seperti dikutip dari New York Times, Sabtu (22/8/2020).
Klaim ini kemudian memicu kekhawatiran dari berbagai ilmuwan. Ini karena tidak ada studi yang menjelaskan bagaimana senyawa oliandrin bisa bekerja melawan virus Corona dan, bila salah sedikit saja, berisiko fatal karena senyawa tersebut beracun.
Mengonsumsi bagian apa saja dari oleander diketahui bisa menyebabkan kematian.
"Jangan main-main dengan tanaman ini," kata ahli botani medis, Cassandra Leah Quave, dari Emory University.
Sebetulnya bukan tidak mungkin senyawa beracun bisa dimanfaatkan sebagai obat. Hanya, studinya perlu benar-benar matang karena risikonya yang tinggi.
Peneliti dari Phoenix Biotechnology diketahui sedang mengerjakan manfaat oliandrin untuk melawan virus Corona. Namun studinya masih dalam tahap awal dan belum tentu yang terjadi di laboratorium dapat diaplikasikan langsung ke manusia.
"Tes antiviral pada sel hanya tahap awal. Hasil yang baik perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu pada hewan," kata virolog Scott Weaver dari University of Texas.
https://cinemamovie28.com/strange-battle/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar